Melanjutkan postingan terdahulu tentang asam sunti yang merupakan salah satu elemen penting dalam masakan diaceh yang bertujuan untuk memberikan cita rasa khas asam dan menambah kekentalan pada masakan. Cita rasa khas asam sunti dapat ditemukan dalam hampir setiap masakan aceh. Maklum lidah orang Aceh terbiasa dengan cita rasa bumbu "keras dan berani" maka tidak heran jika mencicipi masakan Aceh hampir sama dengan mengkonsumsi jamu komplit tanpa rasa pahit., maka kali ini aku akan mengajak kita semua untuk lebih mengenal lagi si Asam sunti itu melalui cara membuatnya. Tidak terlalu sulit kok cuma saja butuh kesabaran dan kudu banyak berdoa agar cuaca stabil agar belimbing wuluh itu mendapat panas dari matahari sehingga hasilnya akan baik sesuai dengan harapan.
Buah
belimbing waru matang yang tumbuh bergerombol di seluruh batang dipanen dan ditempatkan
dalam wadah yang biasanya berupa ember atau wadah plastik lainnya. Selanjutnya
buah yang telah dipanen tersebut direndam dengan air selama 1 hari. Tujuan
perendaman ini agar buah belimbing menyerap air dan cepat layu/lembam pada saat
dijemur keesokan harinya.
Besoknya buah yang telah direndam tersebut berubah warnanya
dari hijau menjadi kekuningan matang dipenuhi air. Buah tersebut selanjutnya
dijemur diterik matahari dengan beralaskan plastik. Tujuan penggunaan alas
plastik agar air rembesan buah tidak terbuang dan mampu “merebus” buah
belimbing diterik matahari. Sore harinya buah yang tadinya
berwarna kekuningan akan berubah kuning layu dan menjadi sedikit keriput.
Keesokan harinya buah belimbing kembali dijemur sampai berubah coklat keriput.
Jika hari cukup terik penjemuran awal cukup hanya1- 2 hari saja. Pada tahap ini
proses penggaraman belum dilakukan.
Proses penggaraman
Sore harinya setelah buah belimbing terlihat mengeriput dan
berwarna coklat kekuningan, buah dikumpulkan dan ditaburi garam dapur
hingga merata. Buah dibolak balik untuk memastikan seluruh buah belimbing
mendapatkan taburan garam yang merata. Penaburan garam yang tidak merata
akan menyebabkan tumbunya jamur pada saat penyimpanan. Selain itu juga
menyebabkan warna yang akan dihasilkan oleh asam sunti nantinya menjadi
berwarna coklat tua cenderung hitam kurang menarik. Disinilah rahasianya
pembuatan asam sunti agar menghasilkan sunti dengan rasa dan warna yang
menarik.
Keesokan harinya buah belimbing yang telah setengah kering
kembali dijemur. Kali ini penjemuran dilakukan diatas wadah yang mampu
meniriskan air. Wadah jemur secara tradisional biasanya terbuat dari
anyaman daun kelapa.
Anyaman ini dalam bahasa lokal disebut bleut. Penjemuran diatas bleut ini bertujuan agar air tirisan tidak lagi merendam belimbing dan proses pembuatan asam sunti dapat segera selesai.
Anyaman ini dalam bahasa lokal disebut bleut. Penjemuran diatas bleut ini bertujuan agar air tirisan tidak lagi merendam belimbing dan proses pembuatan asam sunti dapat segera selesai.
Sore harinya asam sunti yang telah setengah jadi kembali
ditaburi garam secara merata seperti hari sebelumnya. Proses yang sama ini
diulangi kembali esok harinya. Setelah penjemuran 4-5 hari tergantung teriknya
matahari proses pembuatan asam sunti selesai sudah tetapi asam sunti belum bisa
di gunakan mesti menunggu proses fermentasi terlebih dahulu yaitu selama kurang
lebih satu bulan baru bisa di gunakan untuk memasak karena selama satu bulan tekstur
asam sunti yang licin tidak akan licin lagi maka akan memudahkan dalam proses
penggilingan dan rasanya pun tidak terlalu asam lagi.
Asam sunti yang telah jadi disimpan dalam wadah yang
tertutup dan kering.Penyimpanan yang baik dapat menjamin asam sunti dapat
bertahan sampai lebih satu tahun. Asam sunti dapat terus dipergunakan dan tidak
membusuk selama wadah penyimpanan tetap kering. Kadar asam dan garam yang
tinggi menjadi faktor penghambat bagi perkembangan jamur dan bakteri. Penyimpanan yang terlalu lama dalam wadah yang kering hanya menimbulkan
perubahan warna pada asam sunti. Sunti yang telah disimpan lama berubah menjadi
kehitaman walau tidak merubah rasanya.
Cita rasa khas dari asam sunti menimbulkan kerinduan tersendiri bagi perantau Aceh dimanapun mereka berada. Tidak jarang teman atau saudara diperantauan selalu meminta dikirimkan asam sunti. Selain itu juga bagi mereka yang baru balik dari kampung tentu tidak melupakan asam sunti sebagai oleh-oleh wajib dari kampung. Asam sunti juga selalu menjadi incaran sebagai barang rampokan oleh teman-teman yang mengetahui jika ada saudara atau teman yang baru balik dari kampung.
Demikian cara membuat Asam Sunti didaerahku, mudah kan sob?
Saleum...
saya bingung mau berkomentar apa om De
BalasHapusemangnya kenapa kok harus kering?? kalo disimpan di kulkas gimana??
Lebih baik disimpan ditempat yang tertutup mas Boll, sbb disamping aman dari binatang, juga asam sunti itu tetap pada suhu yang hangat. kalau didalam kulkas dikhawatirkan akan terjadi perubahan bentuk dan juga ikut pada perubahan rasa dan aromanya.
Hapusowh itu toh asam sunti, tp klo disini koq lbh hitam y Pa'e ?? bikinnya ribet, apa harganya seimbang ?
BalasHapusyang lebih hitam itu menandakan bahwa umur si Asam sunti itu sudah agak tua bu'e, tapi jangan pilih yang sudah beruban ya, rasanya agak lain :)
HapusWah, air liur saya langsung terpancing lihat asem dan blimbing waru, Pak. Kalau untuk orang dengan keluhan lambung seperti saya, apa bisa 'berdamai' dengan cita rasa masakan yang keras dan berani ya, Pak?
BalasHapussama dong kita Bi, ini juga saya sambil ndegut air liur terus. berasa asem sama asinnya hehehe
HapusAbi, penggunaan asam sunti tsb gak banyak kok disetiap masakan aceh, paling juga 2-3 biji yang diuleg halus lalu dicampurkan kedalam masakan sehingga yang terasa dilidah itu tidak terlalu ekstrim, malah dengan perpaduan rasa sedikit asam dan pedas dari bumbu lainnya telah menghadirkan sebuah citarasa tersendiri. Bagi yang asam lambung pun tidak begitu masalah, sbb ada dokter yang bilang demikian asalkan tidak secara langsung mengunyah si asam sunti itu.
HapusMbak Ni, hihihi... pasti karena liat si belimbing waru itu ya,
Hapuskecut banget nih pasti... sampai klemecer mbayanginnya...
BalasHapusya elah... jangan dikunyah abis2an asam suntinya, jelas aja kecut mbak. hehehee
Hapuswah, keren bro! bisa langsung gue coba nih metodenya.
BalasHapusternyata mudah kan...
Hapuspasti rasanya asem-asem seger gitu kali ya bang :)
BalasHapuspastinya gitu, :)
HapusCara pengawetannya ok juga tuh kang. Di daerahku asam seperti itu jarang yang suka memetik. Pemanfaatannya juga nggak maksimal. Paling sebagai cemilan saat nongkrong di sawah kang.
BalasHapusKemungkinan didaerah kang yitno lebih banyak menggunakan asam kandis dalam masakan, karena rasa hampir sama makanya belimbing waru itu tidak mendapat perhatian lebih.
HapusIya ya mudah ternyata membuatnya :D Tapi belimbingnya jarang ditemukan ditempatku :(
BalasHapusbeli aja bun, kan ada jual dipasar,hehehe
Hapussaleum teuka bak blog droen
BalasHapussaleum meuturi selaku sesama orang Aceh Selatan.
Makasih ya sudah mampir ke blog saya dan memberi masukan yang sangat berarti buat saya.
Nice blog, banyak postingan tentang Aceh
Tapi, setelah melihat foto-foto anda, sepertinya saya kenal dengan anda. saya pernah tinggal di Kandang dan dulu punya tetangga bernama David. Ayah saya polisi.
Semoga tebakan saya betul :)
Saleum meutuwah hai adinda, hahahaa
Hapustebakanmu betul sangat dek. inilah aku yang semasa kecil pernah menjadi rudolfo sementara dirimu menjadi Litle Missy. masih ingat? hahaha... permainan masa kecil. akhirnya ketemu di blogger. nasib baik...
wah jadi pengen nyoba nih ... *tapi kapan ya bisa jln2 sampai sana
BalasHapuskan gak harus kesana dulu baru dicoba, disetiap masakan aceh sudah pasti ada bumbu asam sunti itu.
Hapus