Slider

VIDEO

BLOGGING NOTE

KULINER

SEJARAH

ACEH SELATAN

S O S O K

Gallery

» » Sejarah Cakra Donya [ 2 ]

Pada tulisan yang lalu saya sudah menjabarkan tentang sejarah dari sebuah lonceng raksasa yang diberi nama dengan Cakra Donya. Dalam alur sejarah benda pusaka tersebut terdapat dua versi yang menceritakan bagaimana kejadiannya sehingga Lonceng Cakra Donya itu berada di aceh dan terdapat pada kapal perang Sultan Iskandar Muda. Baiklah, selanjutnya mari kita simak versi kedua daripada sejarah lonceng cakra donya tersebut.

Yang dinamakan “Cakra Donya” adalah berupa sebuah “Mahkota besi berbentuk Stupa yang tinggi” buatan Cina dengan tinggi 1,25 M dan lebar 0,75 M, yang pada saat ini digantung didalam sebuah kubah dengan luas 46225 m² di depan Museum Aceh di Banda Aceh. Lonceng yang dibawa oleh Cheng Ho ini adalah pemberian Kaisar Tiongkok, pada abad ke-15 kepada Raja Pasai.

Ketika Pasai ditaklukkan oleh Aceh Darussalam pada tahun 1524, lonceng ini dibawa ke Kerajaan Aceh. Pada awalnya lonceng ini ditaruh diatas kapal Sultan Iskandar Muda yang bernama "Cakra Donya" (Cakra Dunia) waktu melawan Portugis, maka itu lonceng ini dinamakan Cakra Donya.


Cakra Donya dalam Lintasan Sejarah

Pada bulan Mei 1521, armada Portugis yang lebih kuat muncul lagi di perairan Aceh. Serangan portugis dipimpin panglima Jorge de Brito. Dalam pertempuran hebat, portugis kalah dan de Brito sendiri tewas. Pasukan sultan terus melakukan penyerangan terhadap portugis ke Pedir, dimana pasukan Portugis dan Sultan Ahmad mundur ke Pasai.

Baik dicatat bahwa kampanye perang di Pasai adalah yang terhebat dalam upaya mengusir portugis. Adik sultan Ali Mughayat Syah, bernama Ibrahim, patut dicatat sebagai panglima yang berani. Setelah berhasil di Pedir dan abangnya menyelesaikan keamanan di kota, Ibrahim memimpin ekspedisi penyerbuan ke Pasai.

Serangan cepat pasukan Ibrahim telah menghancurkan Portugis, selama enam hari kota Pasai terkepung, banyak musuh yang menyerah. Tapi, sisa yang tidak menyerah telah digempur. Panglima Portugis yang memimpin perlawanan terhadap pasukan Ibrahim dalam pertempuran di Pasai bernama Don Sancho Henrique. Sejak bulan Juni 1521, di tebing kiri Krueng Pasai, Portugis sudah mendirikan sebuah benteng yang sangat kuat. Benteng inilah yang direbut Ibrahim dengan hasil gemilang. Henrique dikabarkan sudah lari ke Malaka sewaktu terdengar Aceh akan menyerang Pasai. Dia pun diganti oleh panglima Portugis lain, Sebastian de Sousa. Namun, Sousa juga lari karena sudah tidak ada harapan untuk melawan.

Menurut Veltman, salah satu barang rampasan yang dibawa pulang ke Kerajaan Aceh adalah lonceng besar bersejarah yang kemudian diberi nama “Cakra Donya”. Pada awalnya lonceng ini diletakkan diatas kapal Sultan Iskandar Muda yang bernama “Cakra Donya” (Cakra Dunia) waktu melawan Portugis, maka itu lonceng ini dinamakan Cakra Donya. Lonceng ini bukanlah yang diperoleh masa Iskandar Muda yang diasumsikan orang, namun merupakan lonceng pemberian Cheng Ho kepada raja Pasai pada awal abad XV ketika Cheng Ho berkunjung kesana.

Kapal Cakra Donya ini bagaikan kapal induk armada Aceh pada waktu itu dan berukuran sangat besar, sehingga Portugis menamakannya "Espanto del Mundo" (teror dunia). Kapal Cakra Donya ini di buat dari sebatang pohon dengan ukuran yang sangat besar yang sudah dikerjakan untuk galangan sebuah kapal dan pohon itu diyakini mengapung dari seberang lautan menuju Kuala Aceh.

Diatas Kapal yang bernama Cakra Donya itu ditempatkan tiga buah Lonceng yang anak gentanya dapat didengar dari kejauhan tiga hari perjalanan. Lonceng-lonceng tersebut masing-masing di beri nama Akida toj oemoe, Khojran Kathiran dan Toela’ mara. Orang-orang Aceh meyakini bahwa Lonceng Cakra Donya merupakan salah satu diantaranya.

Demikianlah versi kedua yang dapat saya tuliskan. Semua artikel ini bersumber dari beberapa narasumber yang berbeda sehingga terjadi kesimpang siuran dalam peliputan sejarahnya. Namun, apapun itu, kedua versi yang telah saya jelaskan ini sama - sama kuat keabsahannya dimata masyarakat. 

Dari kedua versi tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa:


  • Laksamana Cheng Ho pernah berlayar sampai ke perairan aceh dan singgah di aceh pada abad XV.
  • Laksamana Cheng Ho juga mewakili kaisar Cina untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan aceh sekaligus menjadi jembatan bagi perdagangan dua kerajaan besar.
  • Sultan Iskandar Muda memiliki kapal perang yang bernama Cakra Donya
  • Sultan menerima sebuah lonceng besar sebagai tanda persahabatan dari kerajaan cina dan diberi nama dengan Cakra Donya
  • Lonceng cakra donya memiliki 1,25 M dan lebar 0,75 M
  • Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dan simbol-simbol berbentuk aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang telah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5)
  • Sekarang Lonceng Cakra donya disimpan di Museum Aceh di Banda Aceh.

Sekian review tentang Lonceng Cakra Donya, salah satu lonceng terbesar didunia.

SETELAH MEMBACA ARTIKEL DIATAS, BAGAIMANA PENDAPATMU..

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

10 >>Komentar :

  1. Wah, di Aceh itu setahu saya banyak tempat wisata dan sejarah menarik, sayang pemerintah ko' kurang mengekspos ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya pemerintah aceh sudah melakukannya, namun saya rasa kurang maksimal. Namun para Blogger Aceh sudah mengabarkannya pada dunia lewat sebuah kompetisi " Mari menulis Aceh " tahun lalu.

      Hapus
  2. salah satu lonceng terbesar didunia, kalau yg terbesar lonceng apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemaren ada saya baca mbak, saya lupa namanya. tempatnya di luar negeri sana deh

      Hapus
  3. Saya baru tau tentang lonceng ini disini...
    Subhanallah, banyak cara yang dilakukan kerajaan2 tempo dulu sebagai wujud persahabatan ya..
    Oiya, kok saya gak bisa buka halaman Cakra Donya 1 ya?
    Ada peringatan seperti ini:
    Peringatan: Ada Yang Aneh!
    cangkirkupi.blogspot.com berisi konten dari www.counters4u.com, situs yang diketahui menyebarkan perangkat lunak jahat. Komputer Anda mungkin terserang virus jika Anda mengunjungi situs ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dizaman sekarang istilahnya tukar cinderamata gitu deh mbak sebagai tanda persahabatan bilateral.
      Ohya, trima kasih atas pemberitahuannya mbak, segera akan dilacak deh.

      Hapus
  4. Saya tidak menemukan tulisan warning pada blog ini

    coment tidak nyambung ya mas, maaf

    sekedar cek seperti senggolan di WeBe, belum baca postingnya nich

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sipp deh kang, gak apa kalau belum sempat baca, yg penting hadir...

      Hapus
  5. Infonya oke punya ni pak, lengkap dg sejarahnya..lonceng ini masih berfungsi ga pak ??? klo dr banda aceh, museum ini dekat ya ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lonceng tersebut sudah lama tidak dibunyikan dan dipergunakan bu, sebagai benda bersejarah, sudah pasti tempatnya dimuseum yg terletak didalam kota banda aceh dan mudah dihubungi

      Hapus

Silahkan Beri Tanggapanmu Tentang Post diatas ^_^