To Beuracan

“cling...!!” segumpal asap keluar dari sebuah guci.

“ Kuberi kamu satu permintaan...” Jin tersebut berseru.

“ Aku ingin ke Beuracan...” ucapku.

“ Heh... dimana itu..?” Tanya Jin sambil menggaruk – garuk kepala botaknya.

“ Ya elah, masa jin gak tau dimana beuracan...”.

“ Soalnya nama tersebut belum disimpan dalam database...”.

“ Jadi, betul nih kagak tau...?”

“ yo’i..”.

“ So what gitu loh...”.

“ it’s true loh beiph...”.

           hahahaaa.....

Mesjid Kuno di Beracan

Beuracan, tidak banyak dari kita yang mengetahui daerah tersebut. Sangat wajar rasanya jika Om Jin saja sampai tidak bisa mengantarkan aku kesana dengan alasan belum direkap kedalam database, karena daerah yang kusebutkan tadi adalah sebuah nama desa kecil didataran Aceh Raya yang terletak Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, yaitu di sisi jalan poros Sigli-Medan.

Adalah menarik rasanya jika aku mempunyai tujuan untuk kesana, kesebuah desa kecil yang tidak seperti kota bandung ataupun kota makasar yang infrastrukturnya sudah lumayan maju. Semua karena aku ingin sekali menyaksikan dan melakukan sholat dua rakaat pada sebuah mesjid kuno berusia 390 tahun yang dibangun oleh Teungku Salim seorang mubaligh asal Madinah di zaman Sultan Iskandar Muda masih berkuasa dulu. Sebelumnya aku pernah mendengar kabar dari salah seorang teman dari daerah Pidie bahwa dikampungnya masih ada beberapa peninggalan kuno yakni berupa mesjid yang sudah berumur 390 tahun. Aku memang suka penasaran terhadap sesuatu hal yang menarik, namun dalam memenuhi rasa kepenasaranan tersebut tetap masih menggunakan akal sehat seperti letak lokasinya dan  mengenai waktu ingin berkunjung sehingga tidak bentrok dengan aktifitas utamaku. Semua penjelasan dari teman itu memang menarik sehingga aku pun ingin berkunjung kesana seperti niatku semula. Jika semua itu terwujud berarti ini adalah wisata religiusku yang ke empat dimana aku telah mengunjungi beberapa objek kuno yang berusia ratusan tahun.

Ada sesuatu yang menarik perhatianku dimesjid kuno itu yakni seperti yang kudengar tentang keberadaan sebuah tongkat rotan yang usianya sama dengan usia mesjid. Tongkat yang berukuran 163 cm tersebut hingga sekarang masih utuh dan sangat keras seperti besi. Menurut perkiraanku tentulah tongkat tersebut dulunya milik dari Teungku Salim yang tertinggal dimesjid itu sebelum dia wafat lalu tongkat itu kemudian dirawat dan diperlakukan dengan baik oleh mayarakat sebagai wujut terimakasih dan rasa hormat mereka terhadap mubaligh asal Madinah itu.

Beuracan tidak hanya mempunyai itu saja, disamping melakukan wisata religius aku juga ingin sekali bermain – main didaerah perbukitan anak gunung Seulawah yang hijau dan segar udaranya. Menikmati keindahan tersebut merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagiku, karena dengan berdiri diatas bukit yang tinggi itu aku akan terkenang kembali disaat masih aktif sebagai anak gunung di PA ITM - Medan. Jika sudah demikian, akhirnya aku rindu pada rekan - rekan yang dulu bersama - sama mendarat di puncak Gunung Kerinci. Di Beuracan ini Walaupun tidak seperti saat berdiri dipuncak Gunung Kerinci yang dapat melihat pemandangan kota Jambi, Padang dan sebagian kota Bengkulu, namun berada dipuncak sebuah bukit di Beuracan tentu akan menghadirkan suasana yang berbeda pula.

Mudah- mudahan saja aku diberi kesempatan olehNya untuk dapat meluangkan waktu mengunjungi lokasi – lokasi bersejarah yang banyak terdapat di Aceh sebelum berkunjung ke provinsi lain atau ke negara lain kalau aku sudah kaya raya nanti ( hihihi.. ngimpi...).

Hmm, mungkin tujuanku yang terakhir agak berlebihan nih, hehehe.... sebab Beuracan adalah kampungnya si Rose Dyana Manaf, itu loh pemilik blog Jouney Of A Rose. Jika kesana mungkin aku bisa minta ditemani olehnya untuk melakukan wisata tersebut dan kesana kemari mengunjungi objek - objek wisata alam lainnya. Wow... jadi pingen cepat – cepat main kesana rasanya apabila ingat dia. Hihihi..... Tapi yang jelas tentu saja lebih bermakna apabila “guide” ku tersebut adalah warga desa itu sendiri yang mengetahui banyak tentang daerahnya dan dengan begitu informasi yang kudapatpun adalah orisinil dan akurat.

Tapi... apabisa ya? 

" Tentu bisa, tunggu saja kalau Beuracan itu sudah terdata di database kami..." Jawab Om Jin sambil meneguk seCangkir Kupi pagiku. Yaa elah....

Tulisan ini sebagai partisipasi Cangkir Kupi di gelaran GiveAwaynya Mbak Una