Slider

VIDEO

BLOGGING NOTE

KULINER

SEJARAH

ACEH SELATAN

S O S O K

Gallery

» » Tradisi Khanduri Apam Dalam Masyarakat Aceh

Saleum,
Beberapa waktu yang lalu saya sering mengatakan di Waroeng Blogger bahwa saya paling suka ngopi ditemani oleh kue serabi. Memang hal itu adalah kenyataan karena kue serabi mempunyai rasa yang sangat cocok dengan kue tersebut. Apalagi kalau kue serabi alias apam (bahasa Acehnya) itu direndam dulu beberapa detik dalam cangkir kupi setelah itu, Happ....!!! lalu di kunyah, wuiih... asoy geboy rasanya.

Nah sahabat, tulisan kali ini juga berkenaan dengan kue serabi yang asoy geboy itu karena kue serabi alias apam punya peranan yang penting dalam tatanan masyarakat diaceh. Saya akan coba menceritakan disini. Memang sih dalam penyampaian tradisi khanduri ini sudah banyak terdapat versi cerita yang berbeda, namun saya berusaha untuk mendapatkan referensi yang tepat supaya mampu merangkum menjadi satu semua versi yang beragam diaceh tentang khanduri apam dan pelaksanaannya, apalagi ini adalah salah satu tradisi masyarakat Aceh pada bulan ke tujuh dalam kalender.

Aceh yang disebut dengan Khanduri Apam (Kenduri Serabi). Buleun Apam adalah salah satu dari nama-nama bulan dalam “Almanak Aceh” yang setara dengan bulan Rajab dalam Kalender Hijriah. Buleun artinya bulan dan Apam adalah sejenis makanan yang mirip serabi.

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh untuk mengadakan Khanduri Apam pada buleun Apam. Tradisi ini pun sering dilaksanakan dikampungku di Aceh Selatan sana. Kegiatan toet apam (memasak apam) dilakukan oleh kaum ibu di gampoeng (kampung). Biasanya dilakukan sendirian atau berkelompok. Pertama sekali yang harus dilakukan untuk memasak apam adalah top teupong breuh bit (menumbuk tepung dari beras nasi). Tepung tersebut lalu dicampur santan kelapa dalam sebuah beulangong raya (periuk besar).

Campuran ini direndam paling kurang tiga jam, agar apam yang dimasak menjadi lembut. Adonan yang sudah sempurna ini kemudian diaduk kembali sehingga menjadi cair. Cairan tepung inilah yang diambil dengan aweuek/iros untuk dituangkan ke wadah memasaknya, yakni neuleuek berupa cuprok tanoh (pinggan tanah).

Cerita dulu sih, Apam tidak dimasak dengan kompor atau kayu bakar, tetapi dengan on ‘ue tho (daun kelapa kering). Malah orang-orang percaya bahwa Apam tidak boleh dimasak selain dengan on ‘ue thoini karena berpengaruh pada rasa. Masakan Apam yang dianggap baik, yaitu bila permukaannya berlubang-lubang sedang bagian belakangnya tidak hitam dan rata (tidak bopeng). Apam paling sedap bila dimakan dengan kuahnya, yang disebut kuah tuhe, berupa masakan santan dicampur pisang klat barat(sejenis pisang raja) atau nangka masak serta gula.

Bagi yang alergi kuah tuhe mungkin karena luwihnya (gurih), kue Apam dapat pula dimakan bersama kukuran kelapa yang dicampur gula. Bahkan yang memakan Apam saja (seunge Apam), yang dulu di Aceh Besar disebut Apam beb. Selain dimakan langsung, dapat juga Apam itu direndam beberapa lama ke dalam kuahnya sebelum dimakan. Cara demikian disebut Apam Leu’hop (Apam Basah). Setelah semua kuahnya habis dihisap barulah Apam itu dimakan. Mangat that lagoo ( enak sekali euy... hahaa..)

Dalam kenduri tersebut, apam yang telah dimasak bersama kuah tuhe siap dihidangkan kepada para tamu yang sengaja dipanggil/diundang ke rumah dan disuatu tempat. Dan siapapun yang lewat/melintas di depan rumah, pasti sempat menikmati hidangan Khanduri Apam ini. Bila mencukupi, kenduri Apam juga diantar ke Meunasah (surau di Aceh) serta kepada para keluarga yang tinggal di kampung lain. Begitulah, acara toet Apam diadakan dari rumah ke rumah atau dari kampung ke kampung lainnya selama buleuen Apam (bulan Rajab) sebulan penuh.

Sejarah Khanduri Apam.

Tradisi Khanduri Apam ini adalah berasal dari seorang sufi yang amat miskin di Tanah Suci Mekkah. Si miskin yang bernama Abdullah Rajab adalah seorang zahid yang sangat taat pada agama Islam. Berhubung amat miskin, ketika ia meninggal tidak satu biji kurma pun yang dapat disedekahkan orang sebagai kenduri selamatan atas kematiannya. Keadaan yang menghibakan / menyedihkan hati itu, ditambah lagi dengan sejarah hidupnya yang sebatangkara, telah menimbulkan rasa kasihan masyarakat sekampungnya untuk mengadakan sedikit kenduri selamatan di rumah masing-masing. Mereka memasak Apam untuk disedekahkan kepada orang lain. Itulah dasar dari tradisi toet Apam (memasak Apam) yang sampai sekarang masih dilaksanakan masyarakat Aceh.

Selain pada buleuen Apam (bulan Rajab), kenduri Apam juga diadakan pada hari kematian. Ketika si mayat telah selesai dikebumikan, semua orang yang hadir dikuburan disuguhi dengan kenduri Apam. Apam di perkuburan ini tidak diberi kuahnya. Hanya dimakan dengan kukuran kelapa yang diberi gula (di lhok ngon u). Khanduri Apam juga dilaksanakan pada upacara Tepung Tawar (peusijuek), seperti Khanduri Blang (kenduri sawah), Acara Maulid Nabi Muhammad SAW, dan diacara Khanduri La'ot ( kenduri Laut ).

Bahkan baru – baru ini, ada usulan untuk menerapkan khanduri apam itu ditujukan kepada laki-laki yang tidak shalat Jum’at ke mesjid tiga kali berturut-turut, sebagai dendanya diperintahkan untuk membuat kue apam sebanyak 100 buah untuk diantar ke mesjid dan dikendurikan (dimakan bersama-sama) sebagai sedekah. Dengan semakin seringnya orang membawa kue apam ke mesjid akan menimbulkan rasa malu karena diketahui oleh masyarakat bahwa orang tersebut sering meninggalkan shalat Jum’at.

Sumber: tanohaceh.com

SETELAH MEMBACA ARTIKEL DIATAS, BAGAIMANA PENDAPATMU..

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

24 >>Komentar :

  1. JAdi mau Apam nya..
    sam teh manis panas..
    mantabs..

    kalo di sunda namanya kue Apeum,peuyeum yang di olah sama tepung beras,biasanya warna warni..
    sama kalo ada kenduri2 gitu suka bikin mamaku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya apam ( serabi ) diaceh warnanya tetap mbak, gak dikasi warna. dan apam yang besar itu sekarang sudah jarang dijual sebab yang dijual biasanya apam yg kecil lebih dikenal dgn serabi

      Hapus
  2. waahh keren usulannya tuh mas.. bikin 100 apam untuk laki2 yang tidak shalat jum'at.. tapi bener2 deh, di Palembang aja banyak banget laki2 yang masih bereliweran pas jamnya shalat jum'at #miris.. dan masalah kue serabi, kok dhe kurang begitu suka yaa, soalnya agak enek gitu maknnya.. jadi kalo makan serabi, satu aja gk habis.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. dulu kan mbak de, banyak lelaki yang takut dikenakan aturan seperti itu, sehingga banyaklah jamaah jum'at. namun lantaran Pemda tidak serius menjalankannya sehingga sekarang malah banyak yg jum'atan di warungkopi.

      Hapus
  3. Kalau disini namanya sarabi mas, usulan yg kreatif (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasalah bang, lain lubuk lain belalangnya, tapi serabi dimana - mana sama bentuknya

      Hapus
  4. wahh.. semakin keren aja nech bg Dee..
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. bisa aja, orangnya yg keren ato blog nya sih dek? hahaa

      Hapus
  5. ooh ada juga ya yg alergi kuah tuhe (kan santan dan pisang saja toh?).. tapi serabi biasanya kuah santan dikasih gula merah.. emang serabi ini enak sekali ya...

    dan ya, tradisi kenduri apam itu unik ya.. biar orang lebih giat sholat Jum'atnya :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua itu baru efektif apabila pemda dan pemko mampu menjalankan amanah itu mbak, namun sayang sekali sudah banyak daerah yang tidak lagi memberlakukan 100 apam bagi yang tidak sholat jum'at.

      Hapus
  6. Di aceh ada kue serabi juga ya :)
    Kirain cuma di solo doang yang ada.
    Emang Aceh banyak banget kulinernya. Yang paling berkesan buat ane 'ayam tangkap' sama 'mi aceh kang'.
    Kalau ayam tangkap cara bikinnya gimana kang????

    Salam kenal dari hp yitno sang newbie.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kue Apam (serabi) diaceh memang sudah sejak zaman dulu ada dan digunakan pada acara2 penting. Sekarang ini yang banyak kita jumpai di aceh adalah serabi yang kecil, namanya apam ubit, mengenai resep ayam tangkap itu sih saya gak tau sob, saya cuma tau cara makannya. hahaa
      salam kenal juga

      Hapus
  7. haha, khas indonesia ini :D
    Lebih mantap dari burger dan pitza tentunya
    Jadi punya mimpi mau bangun restoran apam di las vegas :D
    Ada yg mau beli gak ya orang2 disana :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin saja mau mbak, coba ajalah dulu dengan kecil2an...

      Hapus
  8. wahh, saya juga suka banget sama yg namanya serabi sob..
    enak, ringan, dan manteb dah pokoknya.
    tapi kalo di malang itu serabi sama apam (baca:apem) itu beda sob. jadi kalo serabi pake santan, sedangkan apam itu hampir sama ky serabi tapi ga pake santan.
    kalo yg dari aceh belum perna kesana jadi belum perna nyobain. hehe, kira2 gmn ya rasanya sobat?
    salam persahabatan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana saya harus menjelaskan tentang rasa sob, sebab mengenai rasa hanya mie sedap yang pas, hahaha... tapi bagiku, kue apam itu tentu saja enak karena sering menemaniku ngopi setiap pagi sebagai ganti sarapan

      Hapus
  9. Kalau di Jogja namanya Apem bukan Apam... Hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda satu huruf saja ya sob, kira2 ngaruh gak tuh?

      Hapus
  10. wah , kalau saya suka apem yang dicelup ke gula jawa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya gak begitu suka yang manis2 mbak, makanya gak pernah dikolaborasikan dengan yang lainnya.

      Hapus
  11. KUE apamnya dengan kolak pisang ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya lebih suka dengan kuah tuhe (kuah santan)saja kang, lebih terasa aroma apamnya

      Hapus

Silahkan Beri Tanggapanmu Tentang Post diatas ^_^