Kejutan Dari Dalam Kardus

Jika bicara tentang ulang tahun sudah tentu kita membayangkan tentang kado dan hadiah. Semakin banyak hadiah yang diterima maka semakin bahagia hati kita. Tapi bagaimana jadinya apabila kita lupa kapan hari ulang tahun sendiri, tiba – tiba didatangi oleh beberapa teman dan memberikan sesuatu pada kita? Hmm... pasti heran, kaget dan benak dipenuhi oleh trilyunan pertanyaan ( hehehe... gak apa – apa kan kalau kebanyakan?). Tulisan ini bercerita tentang ulang tahunku kemaren.

Jam 9 pagi hape berbunyi, sebuah sms dari teman masuk dan didalamnya ada ajakan untuk ngopi disalah satu café ber wifi dekat dengan tempat tinggalku. Karena pagi itu aku sudah mandi, maka ajakan tersebut ku setujui. Lalu aku mulai mempersiapkan laptop untuk kubawa serta dan mengeluarkan motor dari bagasi. Singkat kata singkat cerita, akhirnya aku tiba di café yang dimaksud dan kujumpai empat teman - teman akrabku yang sudah mulai ngopi duluan.

“ Ah curang nih, ngopi gak ajak – ajak...”. semprotku sambil duduk diantara mereka.

“ ya udah, pesan aja sendiri, mau yang mahal juga boleh...”. sahut Ridwan dengan tertawa. Aku melengak juga. Tumben si ridwan royal hari ini.

“ wuih... betul nih?”. Tanya ku pada Ridwan untuk meyakinkan.

“ Betul, pesan aja. Kalau mau sekalian sarapan juga boleh...”. jawab ridwan lagi. 

Kebetulan sekali fikirku, karena aku memang belum sarapan dirumah karena keasyikan dengan ayam yang kupelihara. Segera kupanggil pelayan café dan menyampaikan pesananku. Setelah pelayan pergi aku membuka laptop dan langsung browsing. Rekan – rekan ku juga sedang browsing dan mereka hanya ngopi dan menikmati susu.

“ eh, kalian kok gak sarapan?”. Tanyaku dengan heran. Wajar dong aku heran karena ridwan telah mentraktirku dan sudah pasti eko, silim dan ambah juga disertakan dalam paket pagi itu.

“ Aku udah sarapan tadi dirumah...”. Sahut Silim.

“ Aku mana biasa sarapan dev...”. timpal Eko.

“ Sama, aku juga udah...”. Sambung Ambah.

Semua jawaban mereka membuatku bertanya – tanya dalam hati dan merasa sikap kawan – kawanku pagi itu sedikit agak aneh. Tapi sudahlah, biar aku sendiri yang makan. Jawabku dalam hati.

Sarapan dan kopi yang dipesan pun sampai. Begitulah, aku mulai mengunyah dan taklama sarapanku sudah ludes pindah ke perut. Kemudian kami berlima mulai larut dalam obrolan ringan diselingi suara tertawa. Pokoknya saat itu suasana ceria dilihat orang.

Jam 11 siang, Ridwan minta pamit, alasannya sangat mendadak sehingga mengenai nasi gurih dan kopi sanger yang kupesan luput dari perhatian. Tinggal kami berempat dimeja itu. Seperginya Ridwan, kami merasa tidak betah lagi lama – lama di café. Lalu kulirik kawan – kawan, mana tau ada gerakan untuk gotong royong membayar harga minuman dan makanan yang kami nikmati tadi. Namun tak satupun yang punya gerakan seperti harapanku.

“ Trus, gimana dengan biaya ini...?”. tanyaku sambil menunjuk piring dan gelas kosong dimeja.

“ Aku gak bawa uang pula..”. sahut Eko. Ambah dan Silim secara berjama’ah idem dengan ucapan Eko.

“ Ya udahlah, biar aku saja yang bayar..”. Jawabku. Lalu kekasir dan membayar.

Sesudah itu kami berpisah diparkiran, aku pulang ke rumah dan mereka pun demikian nampaknya. Dimotor aku tersenyum geli, rencana mau ditraktirin eh malah aku pula yang traktir mereka.

Malamnya, keempat kawanku itu bertamu kerumah sambil membawa sebuah kardus bersampul. Sedikit banyak aku heran juga. Benda apakah yang mereka bawa kerumah? Jangan – jangan narkoba. Ah, buru – buru ku tepiskan pikiran buruk itu. Kusambut mereka diteras.

“ Hai, tumben datangya berjama’ah gini?”. Tanyaku sambil tertawa. Mereka juga tertawa.

“ Nih, ada bingkisan untukmu...”. Jawab Ridwan sambil menyerahkan kotak itu padaku. Kusambut kotak itu. Kurasa sedikit agak berat.

“ Apa ini Rid?”.

“ Udah buka aja didalam..”. Sahut Silim sambil cekikikan.

Kami masuk kedalam dan dengan hati berdebar – debar, tanganku mulai membuka kardus. Ketika sudah nampak isinya, seketika ketawaku pecah. Aku mendapatkan kado yang manis namun berduri. 

Sementara Ridwan, Eko dan Silim pun ikut tertawa. Lalu Silim menjabat tanganku.

 “ Selamat ulang tahun kawan, mengenai kejadian tadi pagi itu kami minta maaf...”. Ucap Silim. Tangannya menjabat erat tanganku diikuti oleh Eko dan Ridwan.

“ Maksudnya apa? Kok minta maaf?”. Tanyaku.

“ Tadi pagi kami sengaja mengerjaimu sob..”. Ungkap Ridwan. 

Jujur saat itu aku hanya terlongong. Taklama terdengar tawa mereka yang melihat kebingunganku.

Perlahan – lahan otakku mulai normal kembali dan langsung berfikir, berarti kejadian di cafe tadi pagi itu sudah disetting demikian rupa. Mereka sudah berjama’ah untuk mengerjai diriku tanpa dapat kusadari. Pantas, pantas saja kelakuan mereka tadi pagi aneh dimataku dan ternyata latar belakangnya adalah mereka ingin mengadakan sedikit kejutan di hari ulang tahunku.

Haru... itu yang paling kurasakan. Walau hanya sebuah durian, tapi itu tidak penting karena mereka telah mengajarkan tentang bagaimana cara bersahabat padaku. Kutatap mereka dan ku ucapkan rasa terima kasih atas perhatian mereka terhadapku.

Begitulah sahabat, sebuah cerita tentang ulang tahunku kemaren. Aku memang mendapatkan hadiah sebuah durian dalam kardus dan selebihnya ada dalam mobil. Maka acara selanjutnya adalah makan durian secara berjama’ah pula. 

Postingan ini diikutsertakan dalam lomba posting di dBlogger  http://dblogger.blogdetik.com