Slider

VIDEO

BLOGGING NOTE

KULINER

SEJARAH

ACEH SELATAN

S O S O K

Gallery

» » Cerbung Bag.2: Kisah Sang Pendekar

“ Pada bagian pertama telah terjadi pertarungan sengit dipinggiran sungai Melang antara Mahiga alias Si Pedang Naga melawan Si Trisula setan. Pertarungan tersebut disebabkan Mahiga hendak menolong si gadis dusun yang telah ditawan oleh si trisula iblis. Mari kita ikuti kelanjutannya”.


Mahiga berseru sambil mengeluarkan salah satu pemberian dari gurunya yakni jurus ‘kaki dewa menari’ sehingga setiap gerak kakinya yang kesana kemari itu membuat pukulan dan terjangan dari si brewok hanya mengenai angin.

Walaupun tubuhnya selamat akan tetapi tanpa tenaga dalam yang tinggi sudah tentu dia akan mendapat celaka karena yang dihadapi kali ini adalah tokoh kosen dunia persilatan. Serangan sibrewok bersifat menghimpit setiap gerakannya, jika tanpa ketenangan akan sukarlah dia menyelamatkan diri. Lain halnya si brewok, sambil terus melakukan pukulan – pukulan bertenaga, dia memaki maki didalam hati.

Sungguh tak disangka pukulan dan terjangannya yang selama ini sudah banyak memakan korban tidak satupun mengenai tubuh sipemuda. Bahkan dia melihat pemuda itu meladeninya dengan sangat tenang sambil tersenyum mengejek. Dalam hatinya tentu tidak terima, makin gencarlah dia menyerang dengan jurus – jurus yang ampuh sehingga duel sengit pun terjadi.

Alam haruslah dipelihara dengan baik, karena punya manfaat yang besar untuk manusia dan mahkluk hidup lainnya. Namun apa yang terjadi di pinggiran sungai Melang itu malah menghancurkan keasrian tumbuhan dan pepohonan. Akibat duel tersebut, banyak pohon yang roboh tak beraturan karena benturan tenaga dalam mereka. Jurus demi jurus yang mereka lancarkan seakan akan malaikat maut yang siaga satu untuk mencabut nyawa. Begitulah, dengan tenang Mahiga alias si pedang naga menghadapi serangan si brewok.

Pertarungan tingkat tinggi itu terus saja berlangsung dengan sengitnya, hanya bayangan mereka saja yang terlihat saling serang dan saling hantam disertai bunyi benturan telapak tangan yang mengguntur. Mahiga masih belum merasa lelah padahal duel mereka sudah melebihi seratus jurus. Sementara si brewok sudah mulai terkuras tenaganya karena begitu bernafsu membunuh lawan dengan cepat apalagi dia sudah dikuasai amarah. Itulah kesalahan yang sangat fatal karena jika fikiran sudah dipengaruhi oleh amarah maka tenaga akan cepat terkuras lalu menimbulkan celah sehingga musuh akan mudah menjadikan celah tersebut untuk menjatuhkan.
Sibrewok menyadari semua itu, tapi dia sudah kasip bertindak dan dalam fikirnya jika masih bertangan kosong maka kemungkinan terbesar dia akan kalah ditangan pemuda yang tidak terkenal ini. Tentu akan menjadi tertawaan jika para tokoh rimba persilatan mengetahui bahwa dia bertekuk lutut pada seorang pemuda bau kencur. Sudah jelas dia tidak mau lalu si brewok melontarkan dirinya ke belakang. Mahiga tidak mengejar karena dia ingin mengetahui maksud si brewok menghindar.

“ Pemuda sinting, keluarkan senjatamu, mari kita adu senjata...”. Bentak Sibrewok, dia sudah mengeluarkan senjatanya yang berbentuk trisula. Trisula itu sungguh angker kelihatannya dengan warna hitam kehijauan. Dengan trisula inilah dia menjagoi wilayah selatan karena pada masa itu ilmu trisulanya sangat hebat apalagi trisula tersebut terbuat dari baja murni dan sudah direndam dalam racikan tumbuhan yang sangat beracun sehingga apabila tergores saja maka dalam waktu satu hari satu malam tanpa diobati dengan benar korban akan meregang nyawa dengan tubuh menghijau. Sadis...!!

Melihat sibrewok telah menggenggam senjata, Mahiga kemudian mencabut pedang nya yang tersimpan dibalik pakaian. Secercah cahaya berkilat terpancar seiring tercabutnya pedang dari sarungnya. Sungguh gagah tatkala melihat Mahiga berdiri tegak dengan pedang ditangan.

Ketika melihat pedang tersebut, sibrewok agak terkesiap. Bukan karena bahan pedang itu yang membuat dia mengernyitkan kening, akan tetapi dia melihat hulu pedang yang berbentuk kepala naga dengan mata merah membara sehingga membuatnya teringat pada salah seorang tokoh.

“ Anak sinting, apa hubunganmu dengan Si Malaikat Pedang?” tanyanya dengan mata menyipit. Sungguh seram melihatnya.
“ Beliau adalah guruku ” jawab Mahiga.
“ Oo... baguslah, dengan membunuhmu maka dendamku pada gurumu akan terbalaskan sebagian. Bersiaplah...”. Dengan suara menggereng disertai aliran tenaga dalam sibrewok menggerakkan trisulanya menyerang Mahiga. Seketika bau amis yang menyesakkan pernafasan tercium. Melihat serangan ganas tersebut Mahiga mau tidak mau harus berusaha untuk terbebas dari uap beracun itu, lalu dengan jurus “ malaikat menabur hujan” dia menyambut serangan sitrisula iblis dengan pedangnya sekaligus ingin mengadu tenaga dalam lagi dengan si brewok alias sitrisula iblis.

“ Traangg...!!” pijar api sontak terlihat manakala kedua senjata sakti itu beradu. Si brewok terhuyung – huyung empat langkah kebelakang dan merasakan telapak tangannya panas dan perih. Tak habis fikir olehnya bahwa lawan yang masih muda itu sudah memiliki tenaga dalam yang  setara dengannya padahal dia meyakini tenaga dalam sudah berpuluh tahun. Si brewok sebenarnya tidak kalah dalam adu tenaga dalam bahkan boleh dikatakan dia masih unggul sedikit dari Mahiga hanya saja karena pengaruh aura pedang naga itu yang membuat telapak tangannya perih dan panas seperti menggenggam bara api sehingga dia mengira bahwa lawan yang dihadiapi ini punya tenaga dalam seimbang dengannya.
Sementara itu Mahiga juga terhuyung empat langkah kebelakang tapi dia tidak merasakan sesuatu yang berat seperti yang dirasakan si trisula iblis.

Nyata terlihat tingkat tenaga dalam mereka seimbang. Mahiga diuntungkan dengan kehadiran pedang naga ditangannya yang secara tidak langsung mengalirkan energi sakti dan bersatu dengan pusat hawa ditubuhnya. Sebenarnya kalau dari segi pengalaman Mahiga sudah jelas kalah. Lawannya itu sudah berumur sekitar tiga puluh delapan tahun sementara dia berumur 19 tahun. Sungguh jauh selisihnya. Untung saja dari gurunya, Mahiga sudah mendapatkan operan tenaga dalam istimewa dan sebuah pedang mestika sehingga mampu bertahan hingga saat ini melawan salah satu tokoh sesat yang lihai.

Mereka masih saling berhadapan dan sepertinya sebentar lagi duel yang lebih seru akan terjadi lagi. Kali ini Mahiga tidak mau mengambil resiko sebagai pihak yang diserang. Setelah ditetapkan didalam hati dia berkesimpulan akan meladeni si brewok alias trisula iblis dengan ilmu pedang dewa warisan gurunya. Segera Mahiga mempersiapkan kuda – kuda yang aneh seolah olah memperlihatkan pertahanan yang rapuh pada lawan sehingga si Trisula Iblis melongong melihatnya.
Posisi kaki kanan Mahiga bersilang kebelakang dengan pedang tersembunyi dibalik punggung seakan –akan dengan posisi kuda – kuda demikian tidak menghiraukan gerakan serangan lawan. Kontan saja si trisula iblis menjengek.
“ Hei sinting, sudah bersiapkah kau untuk mati heh..?” Ejek si brewok dengan tatapan dingin dan sinis. Mahiga cuma tersenyum
“ Siapa yang mau mati, enak saja kau bicara...” sahut Mahiga. Sibrewok tidak memperdulikan lagi jawaban lawannya karena dia sudah bersiap akan menyerang. Namun dia sesaat terkesiap ketika Mahiga dengan membentak nyaring sudah mulai menyerangnya dengan serangan aneh dan dahsyat.

Mereka masih saling berhadapan dan sepertinya sebentar lagi duel yang lebih seru akan terjadi lagi. Kali ini Mahiga tidak mau mengambil resiko sebagai pihak yang diserang. Setelah ditetapkan didalam hati dia berkesimpulan akan meladeni si brewok alias trisula iblis dengan ilmu pedang dewa warisan gurunya. Segera Mahiga mempersiapkan kuda – kuda yang aneh seolah olah memperlihatkan pertahanan yang rapuh pada lawan sehingga si Trisula Iblis melongong melihatnya.
Posisi kaki kanan Mahiga bersilang kebelakang dengan pedang tersembunyi dibalik punggung seakan –akan dengan posisi kuda – kuda demikian tidak menghiraukan gerakan serangan lawan. Kontan saja si trisula iblis menjengek.
“ Hei sinting, sudah bersiapkah kau untuk mati heh..?” Ejek si brewok dengan tatapan dingin dan sinis. Mahiga cuma tersenyum
“ Siapa yang mau mati, enak saja kau bicara...” sahut Mahiga. Sibrewok tidak memperdulikan lagi jawaban lawannya karena dia sudah bersiap akan menyerang. Namun dia sesaat terkesiap ketika Mahiga dengan membentak nyaring sudah mulai menyerangnya dengan serangan aneh dan dahsyat.

“ Kali ini akulah yang akan menyerangmu Iblis...hiiyaaat..!!” seru Mahiga sembari mengeluarkan jurus “ dewa pedang melebur gunung ”. Jurus ini adalah pembuka dari delapan jalur ilmu pedang dewa yang sangat luar biasa. Pedang ditangannya seolah dilapisi uap merah sehingga baru merasakan hawanya saja mata sudah perih. Si Trisula Iblis tidak menyangka akan begini kekuatan pedang lawan, cepat – cepat dia melemparkan tubuh dengan menggunakan ilmu “ langkah trenggiling sakti “ membuat tubuhnya bergelung lalu bergulingan dengan cepat kesana kemari menghindari hujaman sisi pedang yang mengincar tubuhnya. Pakaiann dan mukanya berkelikuran kotor terkena tanah.
“ Bummmm...!!!” terdengar suara menggelegar ketika pedang ditangan Mahiga menghujam tanah berbatu dimana sebelumnya si brewok berdiri tadi sehingga berlobang besar dan pecahan tanah itu nampak hangus seperti terbakar.

Debu dan tanah terhentak keatas oleh dorongan tenaga dalam yang tersalur pada serangan pedang itu. Si brewok berseru kaget, wajahnya pucat pasi. Untung baginya masih mampu menggelindingkan tubuh kesamping sehingga pedang sakti itu hanya menghujam tanah. Dia bergidik sesaat ketika membayangkan tubuhnya hancur apabila telat bergerak.

“ Jurus yang ganas, sangat ganas....” keluhnya dalam hati. Sedikit keder hatinya melihat akibat dari serangan Mahiga. Lalu sambil menghimpun semangatnya kembali, si trisula iblis segera bersiap akan menyerang, namun dia kecele. Mahiga alias si pedang naga sudah menyerangnya kembali dengan jurus kedua yakni “ dewa pedang menebas bukit”. Sesuai dengan namanya, pedang bergerak seperti menebas. Mahiga mengayunkan pedang dari arah kanan ke kiri seperti membabat rumput. Diluaran memang terlihat seperti serangan biasa, namun yang dirasakan si trisula iblis malah luar biasa. Dengan kecepatan pedang yang menimbulkan suara menggaung itu seakan membuat langkahnya kacau, dikiri kanan hawa pedang menghimpit.

Karuan saja sesaat dia panik marasakan dirinya sudah terkurung serangan pedang lawan belum lagi hawa pedang yang panas itupun telah membuat matanya menjadi perih. Sebisa mungkin aliran tenaga dalamnya digembos supaya mampu keluar dari kepungan karena si Trisula Iblis tidak berani mengadu senjatanya dengan pedang lawan. Mau tidak mau dari pada modar si trisula iblis harus berusaha untuk melepaskan diri dari kurungan pedang musuh.

Diawali dengan bentakan keras dia mempergunakan jurus “ rajawali hantu mengepak kelangit’ untuk menghindar tebasan pedang lawan. Konon jurus ini dia yakini pada seorang datuk yang berdiam disebuah pulau hantu yang bergelar Si Cakar Rajawali Hantu.Jurus tersebut sebenarnya digunakan untuk menyerang lawan dari atas, namun karena sudah terdesak, Si trisula iblis terpaksa mengeluarkannya agar keluar dari kurungan lawan. Tubuhnya kemudian melompat keatas setinggi 3 meter lalu berjumplitan kebelakang sehingga selamat dari tebasan  pedang, namun ujung celananya sempat tersambar juga hingga hangus. Dia tidak sempat berfikir lagi karena gelombang serangan pedang Mahiga secara terus - menerus mengincar tubuhnya.

Mukanya semakin pucat dan nafasnya pun sudah kembang kempis namun sekuat tenaga dia masih terus menyelamatkan dirinya. Sementara itu pedang naga masih saja mengaung ngaung laksana badai mengamuk. Si brewok sama sekali tidak sanggup untuk membalas serangan itu karena untuk bertahanpun dia sudah kesulitan. Hanya karena ilmu meringankan tubuh yang sudah sempurna sajalah membuatnya mampu bergerak menghindar kesana kemari seperti bayangan setan.

Dengan nafas yang sudah senin kamis, si Trisula Iblis selamat juga dari amukan jurus kedua si pedang naga. Walaupun demikian ketika matanya melihat ujung celananya yang hangus sebagian tak urung membuat hatinya gentar. Sebagai seorang manusia yang sayang pada nyawa, sebenarnya dia sudah ingin kabur saja karena jurus lawan yang dihadapi itu sangat beresiko. Akan tetapi dia adalah seorang datuk yang dikenal sakti dikalangan dunia persilatan, mana boleh dia ngacir ketakutan pada seorang pemuda ‘bau kencur’. Sampai mati dia tidak akan mengalah.

Dengan mata berkilat kilat penuh hawa membunuh, si Trisula Iblis berencana untuk duluan menyerang. Sambil mengempos semangat tubuhnya sudah siap bergerak untuk menghantam Mahiga, Tapi dia kembali kecele, tak disangka - sangka bahwa lawannya selangkah lebih awal menyerangnya kembali. Mahiga sambil berseru garang sudah bergerak dengan jurus “dewa pedang memapas halilintar”. Serangan pedang naga melesat dengan pesat keatas lalu dengan gerakan memutar, serangan pedang sudah mengancam dada si brewok.

Si brewok tidak menyangka sama sekali bahwa arah pedang lawan mampu berbelok tanpa matanya sanggup melihat sehingga sekarang jiwanya kembali terancam. Padahal dia sudah bersiap untuk menusukkan trisulanya ke tubuh lawan yang terbuka pertahanannya sewaktu melesat keatas tadi. Namun apa daya semua sudah kasip dan dia sudah tidak punya banyak waktu untuk mengherankan semua itu karena jika tidak berhasil berkelit maka maut baginya apalagi pedang lawan telah begitu dekat untuk menusuk.

Si Trisula Iblis mendengus gusar saat ini posisinya sudah terancam, untuk berkelit sudah tidak mungkin dan hanya dengan mengadu senjata sajalah nyawanya bisa diselamatkan.

Sambil menggertak gigi, si brewok lalu menghimpun seluruh tenaga dalamnya ke trisula seketika nampak uap tipis mengepul dan melindungi trisulanya. Trisula Iblis telah bersiap sedia untuk menangkis tusukan pedang yang sudah mengancam jiwanya. Dia kemudian memutar  senjatanya di depan dada dan sekaligus bermaksud mendorong pedang lawan kesamping. Namun sekali ini Mahiga tidak mau memberi hati, dia lalu menambah kekuatannya.

“ Traaangg...!!!” Bunga api kembali memercik ketika Pedang Naga berhasi memapas kutung senjata trisula itu hingga tinggal gagang. Sambil berterik kaget bercampur kesakitan, sibrewok melompat jungkir balik lima meter kebelakang. Isi dadanya terguncang hebat. Lututnya goyah ketika mendarat ditanah. Lalu dengan muka yang sangat pucat karena benturan tenaga sakti dari senjata masing – masing itu, sibrewok menatap hulu senjatanya yang kutung dan masih ditangannya. Telapak tangannya sudah sangat perih dan panas.

Sibrewok alias trisula Iblis menghela nafas dalam dalam, mimpipun dia tidak menyangka sama sekali hari ini dia kecundang ditangan pemuda yang semula diejeknya sebagai pemuda bau kencur. Senjatanya sudah hancur dan kehormatannya sudah ternoda tenggelam oleh keperkasaan lawan. Matanya menatap Mahiga yang berdiri dengan melintangkan pedang didada. Seorang pemuda yang masih sangat muda itu sudah berhasil membuat dirinya pontang panting padahal dia diwilayah utara telah menjadi datuk dunia hitam, menjadi raja daripada para perampok dan ditakuti oleh para pendekar.

Tapi, si brewok  ternyata bukan berjiwa pengecut yang akan melarikan diri ketika sudah kepepet. Dia seorang datuk yang rela mati ketimbang harga dirinya tercoreng jika dia kabur. Sebenarnya Mahiga walaupun nampak berdiri tenang, akan tetapi dadanya juga terguncang hebat akibat benturan senjata tadi apalagi ketika memapas kutung trisula lawan, hidungnya tanpa sengaja telah menghirup uap beracun dari trisula itu sehingga membuat aliran darahnya sedikit kacau. Segera pedang naga ditempelkan didadanya untuk menghisap uap beracun itu. Dia membutuhkan sedikit waktu untuk menetralkan kembali isi dadanya. Untunglah sibrewok masih merasa ragu untuk memulai menyerang dan hal itu membuatnya berkesempatan untuk membersihkan isi dadanya dari racun.

Sesaat kemudian.
“ Bagaimana Iblis? apakah kita lanjutkan pertarungan ini sampai diantara kita menyerahkan nyawa..?” tantang Mahiga dengan senyum mengejek. Keadaannya sudah pulih kembali namun mereka berdua sebenarnya sudah terluka didalam. Mahiga sengaja mengejek lawan supaya lawannya kembali terbakar amarah. Si brewok alias Trisula Iblis dari Utara mendengus.
“ Kau pikir aku takut jika bertarung sampai mati? Kau yang akan mampus...!!” Si trisula iblis membentak marah. Kali ini tiada pilihan baginya kecuali menyerang mati – matian. Mahiga alias si pedang naga menanggapinya dengan senyum mengejek.

Karena melihat si brewok sudah tidak mempunyai senjata lagi, lalu Mahiga menyarungkan pedangnya dan bersiap untuk menggempur lawannya dengan tangan kosong. Sibrewok sudah merasakan dahsyatnya ilmu pedang lawan sehingga jika bertempur dengan senjata dia tak akan sanggup. Baru dengan tiga jurus ilmu pedang dewa saja dia sudah tak berdaya dan trisula saktinya pun sudah kutung apalagi dengan jurus – jurus selanjutnya. Setelah melihat keadaan tanpa lawan tanpa senjata maka dia lalu mempersiapkan skenario untuk menjatuhkan Mahiga dengan pukulan beracun dalam ilmu silat tangan kosong.

Berhasilkah si Trisula Iblis melaksanakan niat liciknya? Lalu bagaimanakah nasib gadis dusun yang telah tertotok lemas oleh si Trisula Iblis. Ikuti cerita selanjutnya.

SETELAH MEMBACA ARTIKEL DIATAS, BAGAIMANA PENDAPATMU..

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

10 >>Komentar :

  1. Terima kasih kisanak atas kunjungan dan komentarnya di padepokan saya...
    #kebawa2 cerita silat gaya komengnya :D

    BalasHapus
  2. absen dulu ya pak, saya baca bagian satunya dulu baru sempat BW

    BalasHapus
  3. Pesan tersirat yang saya baca
    nafsu akan menghabiskan tenaga tanpa hasil yang diharapkan seperti yang terjadi pada si brewok dengan kemarah dan nafsu membunuhnya

    BalasHapus
  4. @Sangsaka terima kasih kembali kisanak, mudah2an ada sesuatu yg penting dari cerbung ini yg bs saya dapatkan nanti.

    BalasHapus
  5. angkara murka pasti bisa dikalahkan oleh kebajikan

    BalasHapus
  6. numpang tanya bang.. kosen itu apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. dalam setiap cerita silat, kata "kosen" sering diartikan dengan kuat, kokoh dan sebangsanya.

      Hapus

Silahkan Beri Tanggapanmu Tentang Post diatas ^_^