Slider

VIDEO

BLOGGING NOTE

KULINER

SEJARAH

ACEH SELATAN

S O S O K

Gallery

» » Aneuk Jamee dan Bahasa (2)


Masih ingatkan asal usul suku aneuk jamee? kalau belum baca dulu disini agar mudah memahami uraian dari tulisan berikut.

Proses Asimilasi Bahasa Aneuk Jamee -
Suku aneuk jamee banyak mendiami wilayah barat - selatan aceh terutama yang berada dibagian pesisir pantai samudra hindia seperti di Blang pidie, (plural), Susoh (plural),Tangan-tangan (plural), Labuhan Haji (sangat Dominan Jamee), Sama dua (sangat dominan Jamee), Tapaktuan (100% Jamee aslinya, kecuali pendatang, pejabat dan pns yang menetap di kota ini) dan Kandang (nama wilayah yang terdiri 1 Mukim) yang berada di kecamatan Kluet Selatan. Mungkin jalur perpindahan nenek moyang kami dulu adalah dari jalur ini. 

Mereka pada umumnya tinggal di sekitar teluk-teluk kecil di sepanjang pantai. Mereka juga tersebar di kawasan dataran rendah, yang dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan. Nama Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh berarti "anak yang pendatang" atau "tamu". Nama ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang Minang yang berasal dari Lubuk Sikaping, Pariaman, Rao, dan Pasaman yang mulai bermigrasi ke daerah tersebut pada abad ke-17. Secara bertahap, mereka berasimilasi dengan orang-orang Aceh yang ada di daerah tersebut. Proses asimilasi tersebut dipermudah oleh kepercayaan Islam yang umum. Namun, pada akhirnya mereka merasa bahwa mereka bukanlah orang Aceh maupun orang Minangkabau, tetapi masyarakat baru yang memiliki budaya dan bahasa sendiri.

Menurut cerita, suku ini dulunya hidup dari hasil berkebun dan melaut. Mata pencaharian tersebut secara turun temurun dikerjakan oleh anak cucu hingga sekarang, namun seiring perkembangan zaman sudah banyak dari suku tersebut yang profesinya sebagai PNS dan Usahawan. Dalam kehidupan mereka bersama masyarakat setempat yakni suku aceh, mereka dikenal sebagai suku pendatang yang ringan tangan membantu dan bergotong royong apalagi agama suku tersebut semuanya islam sehingga suku aceh yang sudah duluan menempati daerah tersebut secara berkelompok itu menyukai dan menganggap mereka sebagai bagian dari suku mereka sehingga proses asimilasi bahasa dan budaya berlangsung tanpa mereka sadari.  

Sebelum mendapat sebutan suku aneuk jamee, masyarakat sekitar menyebut mereka dengan orang paderi atau ureung padri karena tatkala kelompok pendatang itu masuk ke daerah pesisir aceh menggunakan pakaian yang besar dan gombrong seperti pakaian orang beragama pada umumnya. Hal ini apabila dikaitkan dengan pakaian para pahlawan yang berasal dari sumatera barat seperti Tuanku Imam Bonjol itu, memang menggunakan pakaian berbentuk jubah dan celana gombrong. Oleh karena itulah masyarakat setempat menggelari mereka sebagai orang paderi (orang beragama). Lambat laun oleh karena sifat dan prilaku suku pendatang itu membawa banyak manfaat dan disukai oleh masyarakat asli (suku aceh), gelar orang paderi tersebut berubah menjadi ureung jamee ( orang pendatang).

Dalam hal bergaul, faktor bahasa tetap menjadi perbedaan karena sebagai warga pendatang tentu saja bahasa daerah mereka lebih hidup dan lebih dipahami ketimbang bahasa penduduk setempat yakni bahasa aceh. Walaupun suku jamee ini mendiami daerah yang didominasi oleh suku mereka akan tetapi dalam hal perdagangan dan melaksanakan shalat disurau (meunasah) tetap saja mereka berbaur dengan masyarakat asli dan tak jarang dalam berkomunikasi sering dilakukan dengan isyarat – isyarat khusus. Kemudian seiring berjalannya waktu, sering terjadi pernikahan diantara suku jamee dengan suku asli (aceh) dan itulah cikal bakal munculnya bahasa jamee yang digunakan oleh anak – anak mereka dalam bergaul.

Dari uraian diatas, sahabat sekalian mungkin menyimpulkan bahwa bahasa jamee adalah gabungan antara bahasa minang dan bahasa aceh. Itu tidak salah, namun sebenarnya yang terjadi adalah tutur  bahasa minang yang asli ( bahasa orang paderi) itu sudah banyak dipengaruhi oleh bahasa aceh lalu memunculkan kosa kata yang baru dan dialek yang baru yang disebut dengan bahasa aneuk jamee. Kata aneuk jamee (anak pendatang) itu menjadi tanda bahwa mereka telah diterima dalam lingkungan masyarakat asli aceh dan dengan tercantumnya kata “aneuk” diawal nama suku tersebut menandakan bahwa suku aneuk jamee telah menjadi bagian dari masyarakat aceh.

(bersambung)

SETELAH MEMBACA ARTIKEL DIATAS, BAGAIMANA PENDAPATMU..

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

29 >>Komentar :

  1. Bereh that, menambah wawasan sejerah tentang aceh ^^

    BalasHapus
  2. Berarti masih fasih Bahasa Daerah ya Mas?

    BalasHapus
  3. @Fahrie Sadah:tentu jih lagee nyan ngoen... sebab jameun jino aneuk muda geutanyoe ka habeh carong bahasa indonesia mandum, bahasa mak jih ka tuo...

    BalasHapus
  4. @marsudiyanto:Masih lancar pak, karena ayah dan ibu saya berasal dari dua suku yang berbeda, saya pun menguasai kedua bahasa mereka. Alhamdulillah sangat berguna pak...

    BalasHapus
  5. saya barui denger nich gan komunitas aneuk jameee

    BalasHapus
  6. TAnggapan pertama...
    Kalo Bang dMilano ndiri, Aneuk Jamee nggak ?

    BalasHapus
  7. Percampuran bahasa terkadang memunculkan bahasa baru dengan logat baru tentunya.
    Jadi anak jamee bisa dibilang suku padri juga ya. Seperti Tuanku imam bonjol nih ceritanya.

    BalasHapus
  8. @obat nyeri haid:Komunitas aneuk jamee memang baru beberapa tahun ku bentuk, tapi kalau suku aneuk jamee itu sudah lama ada di aceh sejak abad ke 17 dulu.

    BalasHapus
  9. @Samaranji:Aku aslinya suku Aneuk jamee sob, bukan suku aceh. Tapi aku adalah rakyat aceh, hehehe....

    BalasHapus
  10. @HP Yitno:Suku aneuk jamee tetap suku aneuk jamee kang, mereka bukan lagi disebut suku padri, walaupun hubungan kesana cukup erat juga. mereka tetap masyarakat aceh.

    BalasHapus
  11. aku suka masih ada yang tahu bahasa daerah walaupun aku sendiri nggak ngerti... heheheh ^_^

    BalasHapus
  12. @Mine and Me:Kalau bagiku bahasa daerah itu memang kubutuhkan karena dikampung gak ada yg pakai bahasa indonesia. Lagian dgn menggunakan bahasa daerah aku sudah memberdayakan bahasa asli dari suku yang kudiami

    BalasHapus
  13. wah, semoga anak jamee & asli aceh tetap bersatu saling bergandengan tangan membangun aceh dan negeri ini.

    BalasHapus
  14. ane belum paham si gan tentang Suku aneuk jamee, ane baru tau di sini klo ada suku seperti itu. ane sendiri belum pernah ke aceh, heheh. tapi melihat yang di ceritakan ga salah klo bahasa mereka lebih kental, karena biasanya sesama pendatang akan merasa senasip sehingga mereka akan lebih kuat dalam hal apapun. makasih sharenya gan. jadi tau ni.

    BalasHapus
  15. @achoey el haris:MEreka rukun sejak dulu hingga sekarang. Tak pernah ada kejadian ataupun permusushan diantara kedua suku tersebut

    BalasHapus
  16. @cerita anak kost:semoga tulisan ini bisa berguna untuk menambah wawasan agan tentang suku lain yang terdapat di aceh

    BalasHapus
  17. Dee, apa mereka termasuk generasi penyebar agama islam di aceh, seperti kaum arab yang menyebarkan islam dikalbar, misalnya?

    BalasHapus
  18. @die:
    Bukan mas, sebab islam sudah lama ada di aceh sebelum suku ini ada dan berkembang.

    BalasHapus
  19. Saya sangat menantikan kemunculan kembali tokoh besar dari suku jamee. Bagaimanapun sebagai seorang yang dilahirkan juga dipesisir barat (krueng sabee) saya masih memiliki keterkaitan emosional segala yang berasal dari Barat-Selatan. Semoga dari sini mampu seorang pemimpin atau bahkan tokoh yang mampu memberi solusi bagi semua masalah yang ada dalam ruang lingkup lokal. Dan mutiara itu terkemungkinan tersimpan disana, di wilayah yang didiami suku Jamee.

    BalasHapus
  20. @tengkuputeh Insya Allah, suatu saat beliau akan munculkan diri dan mempersatukan ide2 kita dan sekaligus mewadahinya, amiin

    BalasHapus
  21. style komentarnya mantab. Like it mz :)

    BalasHapus
  22. @BamZ GzSaya banyak belajar dari mas Bamz juga cara edit html nya sehingga kolom komentarnya jadi se apik ini, trims mas...

    BalasHapus
  23. anak pendatang ya sahabat..
    Ikutan menyimak sahabat

    BalasHapus

Silahkan Beri Tanggapanmu Tentang Post diatas ^_^