Rencananya aku akan beristirahat sejenak setelah selesai
mengerjakan sebuah proyek kecil yang cukup melelahkan mataku. Tatkala baru
beberapa menit merebahkan badan didepan monitor aku merasakan getaran dilantai
dan terus merambat pada barang- barang yang ada didalam kamar. Apa ini...?
fikirku. Begitu kududukkan badan, getaran itu telah menghebat. Masya Allah,
Gempa....
Sementara itu suara istri berteriak memanggilku sambil
menangis diantara hiruk pikuk suara tetangga yang histeris sambil menyebut nama
Allah. Mereka sudah berada dipekarangan rumah masing – masing.
Getaran itu semakin hebat, tiba – tiba saja aku menjadi
ketakutan dan sesaat aku panik tatkala beberapa barang yang ada diatas lemari
berjatuhan kelantai. Tanpa pikir panjang lagi aku menghambur keluar rumah dan
dari situ mata ini melihat bagaimana rumah bergoyang, tanah yang bergerak
kesana kemari dan ditimpali oleh suara getaran yang merambat pada seng sintetis
yang menimbulkan suara yang mengerikan.
“ Allahu Akbar... Allahu Akbar.... Allahu Akbar...”. Hanya
itu yang bisa kuteriakkan. Para warga yang
berhamburan dipekarangan sudah berkumpul dan bertangisan. Semua terduduk lemas
ditanah. Gempa yang terjadi sangatlah kuat dan beberapa ekor sapi ada yang
jatuh bangun lalu kemudian kabur dengan sempoyongan.
Getaran gempa itu berlangsung sekitar 5-6 menit, sehingga
ketakutan yang ditimbulkan sangatlah besar mengingat pada tahun 2004 kemaren,
sebelum tsunami datang meluluhlantakkan bumi aceh, kekuatan gempa yang terjadi
hampir sama kuatnya dengan gempa ini. Akibat dari bayangan masa lalu itu
akhirnya ketakutan ini semakin terasa apalagi rumah kami berjarak 500M dari
laut. Masih ditengah getaran gempa yang semakin melemah, aku mencoba
menenangkan istri dan tetangga agar tenang dan segera mengevakuasi diri ke
tempat yang tinggi atau sementara “ngungsi” dulu ke gampong yang jauh dari laut
selagi masih ada waktu sebelum tsunami ( hanya itu yang ada dalam fikiran kami
saat itu ) datang.
Dengan berbekal seadanya, beberapa warga mulai bergerak
meninggalkan rumah menuju ke bukit yang tidak jauh dari kampung dan ada juga
yang menuju ke dataran tinggi Mata ie yakni sering disebut dengan kompleks
TVRI. Atas desakan istri, walaupun kepala masih pening oleh gempa akhirnya
dengan terhuyung huyung bergegas aku kembali kedalam rumah, kuambil tas yang
berisikan SK Kepegawaian dan sesempat mungkin kukunci pintu tengah lalu setelah
mengunci rumah, kusempatkan juga untuk mematikan ‘skring’ listrik. Setelah itu
barulah kami meninggalkan rumah menuju ke kompleks TVRI.
Perjalanan kesana yang sebenarnya hanya membutuhkan waktu 4
menit ternyata memakan waktu hampir satu jam. Ternjadi kemacetan yang luar
biasa dijalan hingga ke perempatan Ajuen. Suasana sangat bising dengan suara
klakson dan sesekali teriakan kesal dari pengendara sepmor yang lajunya
dihalangi oleh mobil. Sementara aku bersama istri terperangkap diantara
tumpukan kenderaan tersebut. Sungguh situasi yang sangat sulit karena mau maju
tidak bisa dan mundurpun tak bisa. Ternyata Allah masih mengasihani kami dengan
mengirimkan beberapa polisi dan langsung menertibkan dan mengatur. Entah
bagaimanalah skema yang mereka lakukan sehingga gak beberapa lama situasi diperempatan
itu bisa kami lewati padahal dengan tumpukan kenderaan yang bukan main
banyaknya pasti memerlukan waktu yang sedikit lama. Aku mana sempat mikir pada
saat itu, sebab bayangan gelombang hitam pada peristiwa tsunami silam seolah
olah sudah terjadi dibelakang sehingga kejadian kejadian yang ganjil itu tak
kuperhatikan.
Walaupun dengan kecepatan 10 KM/Jam karena lalu lintas
sangat padat, akhirnya sampai juga kami ditujuan. Terlihatlah pemandangan yang
luar biasa disana. Masyarakat tumpah ruah di gampong mata ie layaknya seperti
sedang menghadiri sebuah perayaan. Aku kemudian mengajak istri untuk duduk di
emperan ruko lalu kucoba untuk menghubungi orangtuaku dikampung dengan
menggunakan hape tapi tak tersambung. Hatiku resah sekali mengingat kampungku
hanya 200 M dari pantai. Tanpa lelah kuterus mencoba menelpon keluargaku yang
berada dikampung halaman, namun jaringan komunikasi sudah tak berfungsi
sementara listrikpun padam. Kutatap wajah istriku yang basah oleh air mata
mengingat salah seorang adiknya yang belum diketahui dimana saat itu. Sama
halnya denganku, dia juga sudah berulang kali mencoba menelpon tapi tidak berhasil.
Sementara itu dari tempatku duduk, iring –iringan kendaraan
terus saja berdatangan. Jalan yang kecil itu semakin sesak oleh manusia yang
hilir mudik mencari keluarganya yang terpisah. Aku tertunduk sambil
membayangkan keluarga yang jauh dikampung, Perlahan – lahan air mataku meleleh
dipipi. “Subhanallah.... disini kami semua berkumpul dengan wajah penuh takut,
dengan hati dicengkram keresahan dan dengan pikiran yang kalut. Mohon
petunjukkmu ya Allah... Selamatkanlah kami “. Aku hanya bisa berdoa dalam hati.
Kuucapkan pada istriku agar terus berusaha menelpon, mana
tau bisa tersambung. Dengan demikian aku bermaksud supaya pikirannya jangan
sampai kosong. Bisa berabe ntar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
ditengah situasi seperti ini. Lalu dengan perangkat radio yang ada di hape, ku
buka chanel RRI Pro3 Jakarta dan mendengarkan informasi pasca gempa. Lewat
radio ini aku dan beberapa orang yang kebetulan duduknya dekat dan bisa
mendengarkan siaran berita itu yang menyebutkan bahwa gempa yang baru terjadi
berkekuatan 8,5 SR dan berpusat di pulau Simelue dengan kedalaman 10 KM
berpotensi Tsunami. Begitulah, aku dan beberapa warga ikut memantau keadaan
melalui radio sehingga mementahkan isu – isu yang berkembang yang mengatakan
bahwa air laut sudah naik itu.
Satu jam telah berlalu tepatnya jam 5 sore lewat sedikit,
keresahan masih terus membayang diwajah masing – masing. Tiba – tiba....
getaran kembali terasa. Gempa lagi.... Allahu Akbar, bumi kembali diguncang
dengan hebat. ku gapai tangan istriku dan mengajaknya untuk segera berada di
pinggir jalan agar kalau seandainya ruko roboh tidak akan menimpa diri. Gempa
susualan ini menurut perkiraanku lebih kuat dari yang gempa pertama.
Kuperhatikan tiang listrik yang bergoyang, mobil yang diparkir di pinggir jalan
oleng kesana kemari, dan beberapa sepmor yang diparkirpun tumbang. Masyarakat
kembali histeris dengan gempa ini dan terus berzikir semampunya. Getaran gempa
ini berlangsung sekitar 3-4 menit dan membuat beberapa warga terhenyak lemas
ditanah termasuk aku. Kepala pening dan efek gempa itu sangat terasa ditubuh.
Setelah keadaan normal, lalu aku mengajak istri untuk
bergabung dengan masyarakat yang sudah duluan memadati lapangan rumput yang ada
dihalaman komplek TVRI. Dengan susah payah karena macet yang luar biasa,
akhirnya kami sampai juga disana dan mencari tempat terbuka untuk duduk.
Kembali kumencoba untuk menelpon keluargaku, tanpa pernah
bosan kami terus mencoba dial nope mereka. Lalu hape ku berdering, ternyata
adik perempuanku yang dipadang menelpon. Aku dihujani pertanyaan diantara isak
tangisnya. Walaupun hatiku tersentuh oleh kesedihan namun dengan berusaha
tegar, kukabarkan bahwa kami berada dalam keadaan baik dan sekarang sedang ikut
mengungsi di tempat yang tinggi jauh dari rumah. Lalu dari nya juga aku
mengetahui bahwa orang tuaku dikampung sudah mengungsi jauh ke daerah kluet
timur. Kluet timur letaknya dekat dengan gunung dan sangat jauh dari pesisir
pantai sehingga hatiku sedikit lebih tentram. Karena jaringan telekomunikasi
masih berstatus tak menentu, akhirnya kupesankan pada adikku agar jika ada
waktu nanti tolong hubungi keluarga yang lain dan katakan bahwa kami berada
dilokasi yang aman dari kejaran tsunami.
Kembali lewat RRI kupantau keadaaan, ternyata gempa susulan
yang baru saja terjadi di Aceh Besar berkekuatan 8,7 SR. Artinya lebih kuat
dari gempa yang pertama yang berkekuatan 8,5 SR (sumber: BMKG cab. Mata ie ). Tak
berapalama kemudian, aku berhasil menghubungi ayah, kemudian kutanyakan
kabarnya dan kabar bunda yang aku yakin shock berat dengan gempa ini. Walaupun
ayah mengatakan bahwa keadaan bunda baik – baik saja, tapi aku yakin bahwa
tidaklah demikian adanya. Udahlah, yang penting aku tau kabar mereka dan posisi
mereka saat itu dan demikian juga dengan keluargaku dikampung yang sudah
mengetahui bahwa keadaan kamipun dalam keadaan baik dan berada didaerah yang
jauh dari kejaran tsunami.
Sepertinya jaringan komunikasi sudah mulai baik, karena adik
lelakiku yang bungsu berhasil menelponku dan mengatakan bahwa dia pun dalam
keadaan baik dan saat ini berada di kompleks Unsyiah. Alhamdulillah, ucapku
dalam hati karena mengetahui semua keluargaku dalam keadaan baik. Lalu
kupandangi wajah istriku, diwajahnya pun terlihat kelegaan setelah berhasil
mengetahui kabar orangtua, adik – adiknya dan keluarganya yang lain melalui
telpon seluler.
Berita seputar gempa aceh masih terus terdengar dari RRI,
sore pun beranjak senja dan tak lama lagi kumandang azan maghrib akan
terdengar. Cuacapun berangsur – angsur semakin dingin disertai oleh gigitan
nyamuk. Sementara itu lewat radio disampaikan bahwa BMKG belum mencabut
peringatan tsunami dan diharapkan agar masyarakat jangan pulang kerumah dulu
hingga keluar instruksi dari BMKG pada pukul 19.00 WIB nanti. Namun berdasarkan
laporan - laporan dari reporter RRI yang berada di beberapa wilayah dipesisir
aceh dapat disimpulkan bahwa keadaan sudah berangsur – angsur kondusif, karena
sejauh ini air laut tidak surut pasca gempa dan mereka akan terus memantau
segala apa yang akan terjadi dan mengabarkannya pada masyarakat via RRI, aku
lalu mengajak istriku untuk pulang karena sudah memasuki waktu maghrib.
Sesampainya dirumah, kami menemui adik – adik dan beberapa
warga yang sudah duluan pulang. Setelah bertegur sapa seadaanya, kami langsung
kerumah. Karena aliran listrik masih padam, maka kami memeriksa rumah hanya
diterangi oleh cahaya lilin. Syukurlah barang – barang tak ada yang hilang
karena sewaktu evakuasi tadi pintu samping lupa dikunci oleh karena saking
paniknya.
Setelah mandi kurasakan badan sudah lebih segar, maka
kamipun sholat berjamaah dirumah.
Istriku mengusulkan agar malam itu jangan tidur dirumah,
sebaiknya kami nginap dirumah kakak di daerah lhongraya, Neusu yang jauh dari
laut. Semua setuju, dan begitulah sahabatku kami malam pasca gempa semuanya
nginap dirumah kakak karena masih trauma dengan gempa yang telah terjadi.
Sedikit tips bilamana terjadi gempa:
- Ketika gempa terjadi, segeralah keluar rumah dan duduk di halaman terbuka.
- Apabila gempa itu sangat kuat dan berlangsung lama, sebaiknya segera evakuasi diri dan keluarga kedataran yang lebih tinggi dan alngkah baiknya jika menjauh untuk sementara waktu dari pesisir pantai ( bagi yang berdomisili di pesisir ).
- Jangan panik, berusahalah untuk tenang karena dengan ketenangan kita bisa menilai keadaan selanjutnya.
- Pantaulah keadaan via radio, agar mendapatkan informasi yang jelas.
Alhamdulilah bencana sudah berlalu, semoga Allah selalu melindungi kita semua
BalasHapusSyukurlah Bang Milano dan keluarga semua dalam keadaan baik.....mudah2an gempa seperti itu tdk terjadi lagi yachh.....aku ngebayangin orangtua aja takut seperti itu bagimana dgn anak2 kecil? Ya Allah mudah2an kita semua dijauhkan dari bencana.....aamiin
BalasHapusYa Allah, tiap baca postingan ttg gempa serasa ikut merasakan bagaimana paniknya. Semoga tak ada gempa susulan lagi dan tidak terjadi tsunami serta bencana lainnya..amiin
BalasHapusMerinding bacanya Bang Dee,,, Ke depannya harus disiapkan skenario evakuasi yaa?! Barang2 penting dikumpulkan 1 tempat, biar mudah dibawa...
BalasHapusbaca ceritanya aja udah sesak pak...apalagi jika benar2 mengalami,yg tabah ya pak, dan titip salam sayang buat istri...:D
BalasHapussmg kalian semua dilindungi Allah SWT, Amin
Alhamdulillah, bencana telah berlalu dan semoga tidak kembali lagi
BalasHapusSemoga saudara2 kita di Aceh, semuanya tidak panik dan selalu sabar menghadapi bencana ini, aamiin
salam
syukurlah sekarang udah gak gempa lagi dan sobat and family gak apa2!
BalasHapusSemoga sahabatku selalu diberikan kesehatan dan dilindungi oleh Allah SWT amin.....
BalasHapusAlhamdulillah...semuanya telah berlalu..
BalasHapusSemoga ga terjadi lagi ya BAng..
Semoga Bang Dee dan keluarga sellau di beri keselamatan..
Melihat beritanya saja di televisi tidak membayangkan bagaimana kondisinya saat itu.
BalasHapusMeembaca postingan sahabat di atas, saya seakan ikut merasakan bagaimana kepanikan dan perasaannya saat terjadinya gempa.
Alhamdulillah tidak terjadi tsunami
Alhamdulillah ya kang semua keluarganya aman dan nggak terjadi tsunami. Sekarang bisa ngeblog lagi he..he..
BalasHapusAllhamdulillang semua baik2 saja ya bang, semoga tidak ada gempa susulan lagi
BalasHapusAlhamdulillah gapapa mas ^^
BalasHapusHihi dulu aku ngerasain gempa di Jogja, karena belum pernah ngerasain gempa aku malah mendekam di dalam :( Trus dimarahin nenekku wkwk :D
Maaf baru mampir, bloglistku ilang kemarin soale hihi ^^
Meski tergolong kencang, alhamdulillah gempa kali ini cukup aman.
BalasHapusMerinding saya baca postingan ini, Bang. Teringat gempa yang terjadi di Pandegelang minggu dini hari ( sekitar pukul 2.30 ) kemarin. Meski hanya beberapa detik dan dalam skala yang lebih kecil, namun saya juga sempat panik.
@Citro MduroAamiin,.... semoga kalau pun ada gempa lagi gak akan sekuat kemaren,
BalasHapus@Nia kebanyakan anak kecil cuma bisa nangis, karena ibunya juga menangis ketakutan mbak, tapi memang sih psikologis anak2 lebih rentan drpd kita2 ini
BalasHapus@Ririe Khayankalau di pulau sumatera sih memang rawan gempa mbak Rie, yang akan datang mungkin gempa mentawai yang meengguncang lagi. entahlah... jika di ingat ingat alangkah rawannya posisi kami di lingkaran gempa berskala besar.
BalasHapus@Gandi memang harus siaga mas, pokoknya semua SK dan dokumen penting sudah disatu tempatkan dalam tas khusus sehingga nanti akan mudah di bawa untuk evakuasi
BalasHapus@mimi RaDiAl Trima kasih supportnya Bu'e. insya Allah kami selalu tabah dgn semua musibah yang ada. Salam nya sudah disampaikan....
BalasHapus@bunda Lily Aamiin, hendaknya demikianlah Bun,
BalasHapus@Bung Penho Tapi harus tetap waspada sob,... sebab gempa itu tetap sebuah misteri
BalasHapus@oboy Aamiin, trims mas Oboy
BalasHapus@Mama Olive Terima kasih doanya mbah, insya Allah
BalasHapus@Blog Keperawatan Alhamdulillah, tsunami gak terjadi lagi sob, mudah2an jangan pernah lagi lah
BalasHapus@HP Yitno Iya kang, sesempatnya aku akan coba untuk update walaupun per minggu hehhee
BalasHapus@Lidya - Mama Cal-Vin Gempa sususaln masih ada juga mbak tapi gak kuat, biasanya jam 4 sore dan subuh gitu
BalasHapus@Tebak Ini Siapa Jika gempa terjadi sebaiknya kita keluar rumah dan duduk di tempat lapang mbak, wajar kalau neneknya marah soalnya dia pasti takut cucu kesayangannya tertimpa material bangunan.
BalasHapus@Abi Sabila Gempa merupakan musibah yang termasuk menakutkan mas, kita gak akan tau efek yang terjadi disaat gempa sedang dan telah berlangsung karena itu semua gejala alam. Tapi alangkah baiknya kita selalu tanggap terhadap gempa dgn keluar rumah/ bangunan dan berusaha untuk tenang.
BalasHapushmmm, semoga senantiasa aman terkendali ke depannya...
BalasHapusberbagi kata-kata motivasi gan :D
BalasHapus--Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
--melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
--orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
--seharusnya dilakukan saat muda.
salam kenal yah, ku tunggu kunjugan baliknya dah :)
Reply
berbagi Kata Kata Mutiara Mario Teguh gan
BalasHapusOrang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan .
semoga dapat di terima dan bermanfaat yah :D salam kenal dan sukses selalu
Org yg pantas kamu tangisi tdk akan membuatmu menangis, & org yg membuatmu menangis tdk pantas kamu tangisi.
BalasHapusItu mungkin ujian dari tuhan sobat
BalasHapusTsunami Aceh yang dulu itu memang dahsyat bgt
BalasHapussemoga tak ada bencana lagi :)
BalasHapusBencana dibuat untuk memberi kesadaran kepada umat manusia agar melepas perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhannya.
BalasHapus