Kujumpai pak sekdes (baca:sekretaris desa) sedang manyun – manyun disebuah warung kopi yang nampak lengang siang itu. Dia bernama Syarifuddin atau sering dipanggil bang din saja dikalangan warga kampung. Usianya masih muda yakni 35 tahun dan kesan pertama bagi orang yang melihatnya adalah pendiam, tapi siapa sangka ‘pendiam’ nya itu cuma kedok untuk menampakkan kewibawaannya sebagai aparat desa. “Hidup itu harus tau cara....“ demikian dia pernah berkata padaku dulu tatkala sedang mengurus persiapan untuk acara pertemuan dengan Bupati di desa kami dimana Bang din menjadi pemegang KAS yang ditunjuk oleh pak Keuchik (baca: Lurah). Dengan uang KAS berada ditangan, merek rokok pun berubah dan pakaian pun sudah rapi dan terlihat ‘berpangkat’ dimata warga.
Siang itu angin enggan bertiup sementara aku yang baru singgah diwarung kopi merasa butuh hadirnya angin semilir guna memberi rasa sejuk pada tubuh ini yang baru saja ditimpa matahari. Disaat sedang membetulkan duduk, Bang din berkata “ Harga emas naik lagi yung...”. Aku tersenyum lalu menimpali, “ Bukannya sudah turun bang?”.
“ Siapa bilang turun? kalau turun harga emas tentu acara kawin lari tidak sebanyak ini....”. terdengar Bang Din menggerutu lalu dia menyeruput kupi nya.
“ Kawin lari itu kan bukan hanya disebabkan oleh harga emas saja bang, bisa jadi karena masih adanya perjodohan diluar kemauan si anak...” jawabku.
“ Tapi harga emas yang tinggi telah membuat para pemuda tersudut untuk memenuhi mahar yang diajukan oleh orang tua si gadis..” Bang din membantah.
“ Emang didaerah kita berapa biasanya bang?”
“ 20 mayam...” jawab bang din. Aku cuma geleng – geleng kepala. Bukan pula sedikit rupiah yang harus dikeluarkan oleh para pemuda untuk menikah.
“ Apakah mahar yang sebanyak itu gak bisa dinego bang?” tanyaku lagi.
“ Nego bisa tapi mesti pegawai negeri dulu...”. Jawab bang din sambil tergelak.
“ Kenapa demikian?”
“ Yach, karena si pemuda sudah punya gaji tetap maka orang tua si dara tidak lagi akan cemas mengenai nasib anaknya setelah menikah...”.
“ Ah... kasian dengan pemuda – pemuda kita yang sehari – harinya bekerja dilaut...” Gumamku.
“ Mau dibilang apa lagi, sekarang saja sudah ada empat orang warga kita yang kabur dengan pacarnya, belum jelas kemana....” Sahut bang din.
“ Itulah konsekwensinya jika pernikahan ‘ditentukan’ oleh besarnya mahar, akibatnya buruknya ya.. kawin lari”.
“ Itulah..., betul apa yang kamu ucapkan itu. warga kampung kita masih berpegang pada adat dimana nilai mahar ditentukan oleh letak daerah, status dan untuk meninggikan martabat keluarga wanita belaka. Padahal sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya pernikahan yang paling besar pahalanya adalah yang paling ringan biayanya.(1)” tapi karena adat kampung kita yang masih berpegang pada tradisi endatu (baca:nenek moyang), maka sabda rasulullah itu seperti diabaikan..”. Ungkap bang din. Aku manggut – manggut dan agak heran karena dalam hal ini bang din ternyata mengusai juga beberapa hadist. hebat pak sekdes...
“ Tapi kenapa ya bang...?”
“ Itulah yang tidak habis difikir hingga sekarang, padahal mahar itu hak calon istri dan si calon istri berhak menentukan mahar apa yang harus diberikan calon suaminya bila ingin memperistrinya. Tapi kenyataannya, yang berhak menentukan mahar malah wali pihak wanita tanpa pernah dimusyawarahkan dengan si calon istri tersebut, itulah yang kurang pas...”
“ Jika begini aturannya, tak pelak lagi akan makin banyak bujang lapok dikampung kita ini bang..” Ucapku. Kemudian kuminum kupi lagi.
“ Pernah aku membaca bahwa Sesungguhnya wanita yang baik itu adalah yang ringan maharnya, mudah menikahinya, dan baik budi pekertinya (2). nah, kata – kata ‘baik’ itu bisa – bisa menjadi kosong bilamana seorang pemuda yang akan melamar dipersulit oleh jumlah mahar yang tidak sanggup untuk disediakan. Hom keuh, han jiet loen pike nyang brat – brat jinoe...” Bang din terlihat sedang mengurut – urut keningnya. Aku melihatnya dengan tersenyum geli.
“ Pakoen hai bang, ka saket ulee teuh..?? tanyaku sambil terkikik. (kenapa bang, apa sedang sakit kepala?)
“ Gimana tidak sakit kepala yung, gara – gara masalah mahar ini aku jadi teringat akan nasibku...” Ungkap bang din sambil bertobang dagu dimeja warung. Aku sedikit heran juga dengan kalimatnya.
“ Lho, kok jadi kedalam alurnya...?”
“ Gara – gara mahar itulah membuatku hingga saat ini belum mampu menikahi si Murnila anak pak hasan itu. Aku khawatir si murnila dijodohkan dengan lelaki lain...” keluhnya
Opss... jadi, pak sekdes belum beristri ternyata. ah, memang aku jarang kumpul dengan mereka sehingga tidak tau tentang status mereka yang beberapa waktu lalu sudah akrab denganku. Sebenarnya aku pingen ketawa melihat keadaan pak sekdes yang manyun – manyun begitu, namun karena gak enak hati, sebisa mungkin tawa itu ku pending dulu.
“ Baru dengar aku bang, kalau si Murnila itu pacar abang. Manis dan putih bang...” Ucapku sambil mengacungi jempol padanya. Bang Din menghela nafas dalam – dalam melihat jempolku.
“ Tapi aku harus menyediakan 20 mayam emas agar si murnila dapat kuperistri yung...”. Ucapnya dengan sendu.
“ Ah... bang din hanya butuh sedikit usaha untuk mendapatkan mahar itu. Aku yakin pasti berhasil..” Aku berusaha memberi semangat padanya. Kulihat bang din seperti meresapi kata – kataku. Syukurlah ucapku dalam hati.
Seminggu kemudian, tatkala sedang berada dimeunasah untuk melaksanakan shalat ashar terdengar kabar dari bang Adnan bahwa Pak Sekdes alias Bang Din kabur membawa Murnila anak Pak Hasan.
Tanpa sadar, aku ngakak betulan... Bang Adnan heran melihatnya.
“ kok tertawa..?”
“ Ternyata orang tua para gadis dikampung kita lebih suka anaknya dilarikan lelaki, ketimbang dinikahkan secara baik – baik menurut kemampuan si pelamar...” jawabku
“ Tapi itu kan gak lucu, kenapa harus ngakak begitu..?”
“ Betul bang, itu memang gak lucu. Tapi kenapa abang bawa mukena maknya ilham (anak bang adnan) kesini, emang dah ganti kelamin...?” tanyaku sambil ngakak.
Bang Adnan langsung mengucapkan istigfar tatkala menyadari bahwa kain yang disangkanya sarung itu ternyata mukena istrinya.
“ Astagfirullah,... maaf yung, aku antar ini kerumah dulu..” Ucapnya dengan muka memerah malu. Kemudian dia beranjak pulang.
Aku menatap kepergian bang Adnan sambil terkikik – kikik geli. Ada – ada saja kejadian hari ini.
Sesaat aku teringat pada bang din yang sekarang entah dimana, dalam hati aku memanjatkan doa supaya mereka berdua senantiasa dilindungi oleh yang maha kuasa, senantiasa sehat dan tetap menjaga marwah diri sebelum akad nikah dilangsungkan. Aamiin....
(1). (HR. Ahmad, no. 23388 dari Aisyah ra)
(2). (HR. Ahmad, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). Al-Albani menganggap hadits ini hasan dalam Shahih Al-Jami’, no. 2235
wakakakaka.......ketimbang kawin lari kan capek tuh om dee, mending nikah yang ringkes dan tidak begitu mahal :D
BalasHapussebaiknya sih bisa dinego ya, yang penting kan halal tidak mendapatkan mahar secara haram ya bang
BalasHapusTp klo di Lampung, kawin lari itu sudah seperti adat..hehe gak tau sih gmna pastinya.
BalasHapuskawin lari itu di nilai negatif, istilahnya si wanita di culik. Dan mau gak mau si org tua perempuan mau menerima seberapa besar mahar yg bisa di kasih ke perempuan. tp kadang stlah kawin laripun, si ortu prempuan masih ngotot pengen tinggi maharnya.. huhu
Ternyata ini kisah nyata-nya pak Sekdes alias bang Din ya kang.
BalasHapusBetul itu kang, yang wajib menentukan mahar itu sebenarnya sang calon istri yang akan dipersunting. Bukan walinya. Ane aja pernah denger hadits nabi, berilah mahar walaupun hanya sebuah cincin dari batu. Mahar hukumnya wajib tapi tidak memberatkan.
Yang susah adalah merubah tradisi, orang-orang dulu kolotnya minta ampun. Giliran kitalah yang bisa merubah tradisi itu. Kalau kita juga ikut-ikutan tradisi itu, bukan tidak mungkin, putri kita nantinya juga akan dibawa kawin lari. Dan kawin lari bukanlah hal yang dilarang agama. Jika sudah wktunya menikah, jika keduanya ingin menikah. Maka sang wali atau orang tua wajib segera menikahkannya kan kang?
hhahahhaha....ini kisah pribadi poh pa'e ??
BalasHapuskawin lari emg ada adatnya loooh, tp hanya istilah aja, kyk di lampung tuh, si cewek sengaja dibawa lari ke tmpt keluarga jauhnya, Sblm dinikahi...hehe
hehehe capek atuh pak kawin lari. sementara ijab kabul trs harus lari2 juga hohohoho...
BalasHapusyah aku si ngk mentingin besar kcil maharnya yg aku perlu setelah menikah kebahagian speri apa yg kan di brikannya buat aku dn kluarga bru kita :)
salim..
Sampai segitunya?
BalasHapusMemang ada beberapa adat yang memberatkan mahar untuk meninggikan posisi sang anak. Padahal mahar kan hak calon pengantin.
wah kalau kawin (nikah) lari...hitungannya lbh ruwet lho? harus mempertimbangkan kecepatan lari pasangan, penghulu, wali..terus pengiring pengantin juga? nah malah repot kan? #ngawur
BalasHapusIni mah namanya Calon mertua gak sayang ama calon mantu (menantu) hihihiii...
BalasHapushareee gini masih ada yg kawin lari! Apa kata dunia choy..!!
Asal mula mahar pake emas itu apa ya bang? bahan serius diceritakan secara lucu ^^d kocak :D
BalasHapusKayaknya harus hijrah nih dari Aceh, maharnya kemahalan ^^
BalasHapusemang 20 mayam emas itu berapa bang? 20 gram emas maksudnya? wahh kalo dipaksakan seperti itu kasihan yach mereka2 yg biayanya terbatas...bisa2 ngga nikah smpai usianya matang...tp kalo kawin lari begitu apa orangtuanya ngga mencari? ahhh smoga semakin banyak orangtua yg mengikuti hadist diatas yach bang...supaya ngga terjadi lagi peristiwa kawin lari...
BalasHapusMahalnya maharnya, ya? Cari yang lain saja napa?
BalasHapusEh, pernihakan itu bukan jual beli kayaknya, kok begitu?
@Niar Sri Sadono NingrumNikah gimana maksud niar ntu? Om dee gak ngerti loh... tapi dengan kawin lari demikian terkadang orang tua si gadis akhirnya luluh juga hatinya dan mengijinkan nikah dengan mahar seadanya
BalasHapus@Lidya - Mama PascalPada sebagian daerah di aceh berlaku sistem nego mbak, tapi ada yang gak berlaku demikian.
BalasHapus@melly kalau yang dilampung itu 'kawin lari' nya memang adat atau bagaimana mbak mel?
BalasHapussampai segitunya ?
BalasHapuskenapa mereka tidak mengikuti sunnah Rasulullah saja ya,Dmilano?
kasian kaum prianya ,kalau utk menikah saja tak punya pilihan, padahal mahar kan adalah pilihan dr sang calon pengantin, bukan?
salam
Emang masih ada tradisi yang begitu ya Bang ^^
BalasHapusAamiin semoga masih terjaga sampai akad nikahnya :)
Wah, maharnya gede ya...
BalasHapusKalo di daerah saya seperangkat alat sholat aja udah cukup. Dan yang memiliki "kewajiban" mengadakan resepsi itu pihak wanita malahan. :) Pihak pria tidak wajib.
Btw, salam kenal...
wah sama di bengkulu. . . . .
BalasHapusbakal siapin duit nih. . . . hehehehehehe
wew .. bang Adnan kenapa jadi salah bawa sarung gitu, wkwkwk .. padahal yg kawin lari itu pak sekdes wkwkwk ... apa dia pingin kawin lari juga sama istrinya wkwk :D
BalasHapusMahar yang besar dapat disisati dengan fisik yang kuat ya Bang. kalau tidak kuat nanti larinya cuma sebentar. Wkwkwkwk.......
BalasHapusSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
Alhamdulillah dulu proses pernaikahannya dimudahkan.
BalasHapusTerima kasih atas sharenya sahabat
Miris banget kalo nunda nikah karna mahalnya mahar yang di ajukan oleh pihak wali perempuan ;( moga bang Din bisa segera menikahi Murnila...
BalasHapus@Ririe Khayan
BalasHapusBaaaang... nyoe lon ka payah meutheun disino dilee... , (Bang, terpaksa ketahan disini dulu nih....) Komentar Ririe bikin aku ngakak abis, ngebayangin pak penghulu, wali dan saksi ikutan lari bersama pengantin, wkwkwkwkwk.....
Memang daerah kita ini begitu ketat adatnya untuk urusan mahar ini ya bang.... di kampungku sendiri tuh (Pidie), mahar minimum adalah 16 mayam, itu juga udah minim banget.... kasian deh para pemuda, makin sulit memenuhinya di jaman susah begini.... :(
BalasHapusbtw, droen neuh di Banda ya bang?
@Fahrie Sadah
BalasHapusKajeut cut adek, mita awak sinan mantong, hehe... btw, disinan hana meuhai maharnya?
hahahah sudah kutebak, ujung-ujungnya pak Sekdes sendiri yang bawa lari pacarnya
BalasHapuswah, ribet juga ya bang kalo udah menyangkut soal mahar yang begitu banyak, tak heran kalo akhirnya ada kasus kawin lari, kayak pak sekdes itu, hehe
BalasHapuskunjungan sore bang. . .. . . da cemilan apa nih. . ..
BalasHapussebaiknya sih dibicarakan baik2 dulu, jangan sampai kawin lari..
BalasHapus*maaf mau tanya 20 mayam itu sama dengan berapa ya? satuan yang saya tahu cuma gram hehe..
20 mayam itu berapa mas dee?? sama, disini juga banyak yang masih terpaku pada adat seperti itu.. kadang wali dari pihak perempuan sangat memberatkan si laki-laki.. dan dhe juga baru sadar, mungkin kasus kawin lari di tempat dhe ini juga kasusnya sama seperti disana.. mahar yang tidak sesuai kemampuan si calon mempelai laki-laki, dan akhirnya bebuntut pada kawin lari..
BalasHapusGimana caranya kawin sambil lari?
BalasHapusSetiap daerah punya carany sendiri untuk menghargai wanita, dengan mahar yang lumayan tinggi misalnya. Tujuan baik, dengan cara seperti itu setidaknya memberikan gambaran kemampuan si laki-laki dan orang perempuan merasa adanya keterjaminan kehidupan si anak.
capet atuh kawin lari hehehe
BalasHapusdaripada kawin lari mending sabar nunggu waktu :D
Kunjungan kembali sahabat seraya menunggu postingan terberunya di sini
BalasHapuskunjungan sob ..
BalasHapussalam sukses selalu ..:)
kunjungan sore lagi ahhhh. .
BalasHapusmeskipun mahar menjadi salah satu syarat sebuah pernikahan bukan berarti boleh mempersulit pasangan yang mau menikah, apalagi bila hukum nikah bagi mereka yang sudah wajib, ikut aturan agama saja deh fleksibel utang boleh,dicicil boleh, betul kan sob
BalasHapussharusnya, maharkan yg menentukan si perempuannya, kalo org tua ikut nimbrung, kpn nikahnya???
BalasHapuswah, kemahalan emang klo segitu, bisa dibayar kredit gak ya mas kawinnya? :P
BalasHapus@HP Yitnobegitulah kalau tradisi masih kuat dipegang tanpa dibarengi oleh kebijaksanaan kang. Seoalh olah demi tradisi apa yang disampaikan nabi kita dulu diabaikan
BalasHapus@mimi RaDiAlhehehe, tentu saja beda kasusnya dgn yang ini bu'e. kalau yang dilampung itu merupakan bagian dari tradisi kan, tapi kalau yang ditempatku ini kasusnya adalah beraksi keluar dari tradisi. hahaha
BalasHapus@Aiinizza anggrianiKalau dibilang capek itu memang benar karena bukan hanya tubuh saja yang letih tapi fikiran juga. Tapi demi cinta rasanya semua rasa capek itu tidak akan dirasakan deh.
BalasHapus@Susi Susindramemang sudah begitu mbak, hehehe.... andai tradisi tidak memberatkan sang calon tentu tidak akan ada lagi istilah kawin lari ini mbak
BalasHapus@Ririe Khayanaku jadi ngakak baca komentar ngawur tsb mbak. Jika hitungannya begitu memang repot sekali. Malah kita harus kasian pada sepasang pengantinnya yang doble lelahnya sesudah prosesi tsb dilaksanakan.
BalasHapus@alaika abdullahhana peu kak alaika, hahaha... gimana gak ngakak kita kalau liat ada acara ijab kabul dilakukan sambil lari. rasa2nya hanya terjadi dinegeri kita
BalasHapus@Bung PenhoDunia gak akan mengatakan apa - apa sob, tapi manusia yang akan mengatakan sesuatunya. Begitulah jika tradisi keluarga dipertahankan tanpa ada kebijaksanaan. Akibatnya akan menghambat perkawinan yang disunnahkan oleh nabi
BalasHapus@HayaPada dasarnya emas dijadikan mahar disebabkan oleh faktor efesiensi saja. Kalau berbentuk uang terkadang repot juga mesti ngitung dulu sebelum diucapkan kata "sah" oleh saksi. Tapi kalau emas kan lebih mudah, karena disertai oleh catatan resmi dari toko emas ttg brp berat emas tsb. itu saja kok
BalasHapus@Fahrie Sadahhahhaa.... mudah2an gak semua daerah diaceh seperti itu kewajiban maharnya aduen, dikampungku tidak memberatkan si pemuda untuk menikah, berapapun boleh maharnya yang penting lancar baca alqur'an dan mengetahui dengan pasti apa arti nikah. Kalau ditempatku paling tinggi maharnya hanya 7 mayam emas.
BalasHapus@Nia Maaf aku lupa mencantumkan diatas berapa volume 1 mayam emas tsb. Biasanya 1 mayam emas terdiri dari 3,5gram emas. Jika harga 1 mayam emas Rp.1,3juta, dikalikan dengan jumlah mayam yang diwajibkan oleh pihak wanitanya. Banyak juga keluarga wanita yang mencari jika terjadi 'kawin lari' tsb mbak. Ada yang dapat ada juga yang tidak semua tergantung dari kekerasan hati yang dirumah saja, kalau pihak keluarga masih bersikeras tetap pada tradisi, maka jgn harap anak gadisnya pulang.
BalasHapus@Falzart PlainTidak ada dari mereka yang merasa melakukan praktek jual beli dalam hal penentuan mahar sob, semua disebabkan oleh tradisi yang turun temurun dipegang teguh.
BalasHapus@bunda LilyAku dengar sih demikian bun, tapi kadang kala penetuan mahar itu diambil setelah rapat orang tua dan para wali dari si gadis. Terkadang usulan dari si gadis jarang berlaku. Itu yang pernah aku liat dan kudengar bun.
BalasHapus@Yunda HamasahDikampung - kampung masih banyak berlaku tradisi seperti itu mbak yun. Tapi syukurlah dikampungku sudah tidak ada lagi penetapan mahar yang diatas 10 mayam emas.
BalasHapus@Harmony MagazineKampungnya dimana sob? seperti kata pepatah "lain lubuk lain pula ikannya". dan tradisi itu banyak ragamnya sob
BalasHapus@Susu Segarxixixii... siap siap sedari sekarang sob, harus rajin nabung tuh...
BalasHapus@Stupid monkeyAku lupa kasih tau kalau bang Adnan itu agak pikun karena pernah trauma di masa Daerah Operasi Militer (DOM)di aceh dulu sob. Kadang memang demikian dia, pernah pun sewaktu selesai jum'atan dia pulang tanpa sandal dan sandalnya ditinggal dimesjid. sebenarnya aku kasian padanya tapi mau gimana lagi, aku punya mulut untuk tertawa sehingga aku ketawa krena kepikunannya tsb
BalasHapus@Indra KusumaJuga dibutuhkan korelasi dengan kawan - kawan juga mas dalam pelarian. karena dg adanya hubungan yang baik dgn kawan - kawan lainnya maksud utk "kawin lari" sering berhasil dgn baik
BalasHapus@Blog KeperawatanAlhamdulillah sob,...
BalasHapus@Naya Elbetawibegitulah Nay jika mahar dipaksakan. Tapi syukurlah sekarang Bang din sudah resmi menikahi Murnila.
BalasHapus@alaika abdullahNyoe, loen tinggai di batas kota kak, antra ulee lhe u lhoknga. hehee..
BalasHapus@Lozz AkbarHarus di akui kang Lozz jago menebak cerita tersebut.
BalasHapus@Mami ZidaneMemang sudah sering terjadi sejak dulu dulu mbak. Aku sudah gak heran lagi, malah aku sering ngakak jika dengar berita tentang itu
BalasHapus@Susu SegarCemilannya gak banyak lagi sob, cuma ada kue lapis nih
BalasHapus@Ne MarganeMengenai duduk mufakat tentang mahar itu sudah dilakukan juga, namun terkadang terkadi deadlock disaat ada penawaran. Akibatnya seperti yang terjadi dalam kisah diatas.
BalasHapushitungannya 1 mayam emas itu = 3.5gram emas sob
@dhenok habibie hitungannya gini dhe, 1 mayam = 3,5gram emas. Nah bisa jadi karena sipemuda gak kuat utk memenuhi mahar kawin itu sehingga harus kabur dengan pasangannya. Namun tak tertutup kemungkinan lain seperti kawin paksa atau hubungan tak direstui keluarga.
BalasHapus@die Pada dasarnya kawin lari itu hanya sebutann saja mas aldi. menurutku kawin lari itu yakni Pasangan yang kabur dari rumah melarikan diri ke daerah lain dan dengan baik - baik mereka menikah dengan menggunakan wali hakim.
BalasHapusMemang betul tujuan jumlah mahar itu baik tapi baik bagi keluarga perempuan tapi bagi keluarga laki - laki kan akhirnya gak baik pula dipersepsikan. Andai ada kebijaksanaan yang diambil maka kehormatan kedua keluarga akan terjaga juga kok apabila dibandingkan dengan kasus kaburnya anak karena mereka dipersulit utk menikah.
@Corat - Coret [Ria Nugroho]Kawin lari itu 'terpaksa' dilakukan karena sesuatu dan lain hal yang bermaksud utk menghambat ataupun memisahkan hubungan perkawinan mbak. jika sekarang tanpa ada tekanan suatu apa, untuk apa harus lari kesana kemari kan...
BalasHapus@Blog Keperawatantrimakasih atas kunjungannya sob, aku minta maaf nih karena kesibukan dunia nyata dan masalah koneksi inet sehingga blum mampu silaturahim ke blog keperawatan. Postingan baru pun aku belum tau kapan bisa diupdate. Waktu ngenet sudah terbatas skrg.
BalasHapus@outbound malangSalam kesuksesan juga kuucapkan padamu sob :)
BalasHapus@Susu SegarWadduh... jadi malu nih dikunjungin terus tanpa dapat kukunjungi balik ke blognya susu segar. Insya allah pertengahn bulan ini aku sudah efektif ngeblog lagi sob
BalasHapus@Thanjawa ArifYup... itu lebih baik. Baik dimata Allah dan baik pula dimata warga.
BalasHapus@jiah al jafaraApa yg mbak jiah utarakan itu sepenuhnya betul. Namun disatu sisi ada tradisi pula yang berdiri.
BalasHapus@Istighfarin.comMene ketehe.... hehehe. tapi mudah2an kedepannya akan dipermudahlah mengenai jumlah mahar yang harus disediakan pihak laki laki.
BalasHapusKawin lari atau membawa kabur calon istri untuk mendapatkan restu orang tua, tapi kemungkinan bukan berarti orang tua tidak merestui anaknya, sekedar mempertahankan ego terhadap mahar yang harus dibayarkan. tapi boleh juga ya mas Demilano, biar sebelum nikah semangat untuk mengumpulkan nafkah
BalasHapustapi soal rejeki sih kita tidak bisa mengatur dengan baik sesuai rencana sih
nggak nyangka bang dee akan seromantis itu di warung, #eh..
BalasHapushaha..
benar sekali. mahar itu mempersulit pemuda yang mau melamar,masyarakat lebih memilih gengsi daripada sunnah. hmm,..
smoga kelak mahar yang dibebankan padaku tak seberat di aceh ya bang, hihi
salam
inilah salah satu akibat ketika ajaran agama bukan menjadi landasan utama kehidupan...melainkan materi duniawi yang selalu menjadi patokan ..nice share post sobat :)
BalasHapus@dmilano hahahaha..maaf, commentnya gak serius ya? YA intinya kalau kawin (nikah) lari tidak gak kereen deh...
BalasHapusNtar maharnya untuk keluarga yg cewek atau utk ceweknya sendiri? Setelah kawin lari otomatis dapat restu/wali dari ortu?
BalasHapusBukankah Nikah itu Ibadah seharusnya tidak dibikin susah semoga persoalan mahar tidak menganggu
BalasHapusone punya temen orang NTT gtu lah,
BalasHapusSkrg dia tinggal di denpasar bareng istri yg blm dinikahinya secera resmi (halah)
Selidik punya selidik, ternyata mereka memilih untuk lari dari NTT karena mereka benar2 saling mencintai, tapi terhalang oleh mahar yg sangat berat : 20 ekor kuda.
Wooow,, adat istiadat yg cukup unik, namun terasa menyusahkan ya..
Hahaha
Ternyata kejadian2 yang berkaitan dengan mahar ini mirip2 saja di berbagai daerah ya.
BalasHapusTempo hari ada teman saya (perempuan) yang akan dinikahi, namun pihak keluarganya (tantenya) meminta uang Rp 150 juta kepada pihak laki-laki. Padahal orangtuanya sendiri tidak mematok jumlah segitu.
oom dee :)
BalasHapusLho kuq postingan na ndak ada semua yang kemaren2 yaa om :)
Om Dee ada Award buat om dee lho di blog nya niar yaa om :D
Silahkan di ambil yaa om :)
Makasih om :D
mudahkanlah jangan dipersulit ...
BalasHapuskalo memang yang datang orangnya akhlaqnya baik, sholih kenapa harus dipersulit ??
cari jodoh ke jawa aja mas .. :) #promosiiii
naaaaaaaaaahhhh..... kebiasaan dinegara ini klo yg namanya pernikahan pasti foya2 ga karuan........tragissssssss
BalasHapuswah nice info gan....
BalasHapusWah disana masih begitu ya Bang, padahal disana kan syariat Islam nya kuat. Enakan sukunya saya, Jawa. Gak perlu yang begituan. Asalkan sang mempelai mau, orang tua setuju aja. Eh enggak ding, itu hanya pemikiran ku sendiri karena di nbanyak tradisi jawa yang ningrat (kelas bangsawan) hal itu tetap saja dilanggengkan :D
BalasHapusSalam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
klo kebanyakan syarat, ya dah, tak nyari kerja dulu, awas ntar klo gajiku satu em, aku borong empat sekalian... hihihihi...
BalasHapuskalau kawin lari, bagi pengantinnya sih mungkin seru-seru aja,tapi kasihan pak penghulu dan para saksinya, mereka pasti ngos-ngosan, kudu ikut-ikutan lari juga. Hahahaha...tentu bukan itu maksudnya ya,Bang.
BalasHapusTapi benar,meski seorang perempuan boleh menentukan apa mahar yang ia inginkan kepada calon suaminya, tapi memudahkan mahar adalah lebih baik bagi keduanya.
mas Dee, dikau hiatusnya lama kali.. ada hadiah spesial dari gamazoe, semoga hadiah ini bisa bikin mas Dee semangat ngeblog ditengah rutinitas yang padat.. diterima ya, http://gamazoe.wordpress.com/2012/03/31/seratus-cinta-gamazoe/
BalasHapus@Citro MduroTapi kebanyakan yang terjadi adalah tanpa restu makanya kabur kang. Mengenai ego keluarga itu mungkin saja terdapat dalam kasus tersebut kang
BalasHapus@WaroengBlogger Ntar kalau aku dah jadi gubernur, akan ada perubahan yang signifikan tentang masalah mahar itu, hehehe.... biar keberadaan bujang lapok dapat diminimalisir
BalasHapus@BlogS of Hariyanto Sebaiknya sih demikian, akan tetapi kekuatan adat suatu daerah terkadang lebih kuat dari sunnah
BalasHapus@Aan biasanya sih walaupun setelah kawin lari itu selesai masa edarnya alias direstui keluarga, mahar tetap untuk permpuannya
BalasHapus@riez semoga aja kedepannya sudah jarang yang mengharuskan mahar harus begini dan begitu
BalasHapus@setiaonebudhi Lebih parah kasus temanmu itu ya wan? seekor kuda berapa ruppe ya skrg?
BalasHapus@kakaakin wow.... pemerasan tuh namanya mbak...
BalasHapus@Niar Ningrum belum sempat update blog nih Niar, ntar kalau dah sempat bakal rame lagi.
BalasHapusTrims ya awardnya, Om senang dapat award apalagi dari ponakan Om yang manis.
@HERBAL-ARROHMAH seharusnya memang demikian... trims atas sumbangsih sarannya sob
BalasHapus@MENONE
BalasHapusKalau untuk poya poya seharusnya gak bole dibiarkan ya om
@Saridin thanks....
BalasHapus@Sugeng beberapa daerah di aceh masih berpegang teguh pada tradisi mas... sebagian lagi dah gak berpatokan pada jumlah maharnya. seperti ditempatku lahir, mahar tergantung pada kesepakatan mempelai
BalasHapus@Kopral Jono Aku minta satu ya, hahahaha
BalasHapus@Abi Sabila setuju dengan yang mas Abi ungkapkan. memang harus dimudahkan orang lain untuk menjalkankan sunnah rasulullah...
BalasHapus@dhenok habibie Soalnya hiatus kali ini menghasilkan Ruppe dhe, makanya hiatusnya ketagihan, hahaha... tapi gak berapa lama lagi akan efektif ngeblog.
BalasHapusTrima kasih ya dhe atas hadiahnya, segera ke tekape deh....
kunjungan gan .,.
BalasHapusbagi" motivasi
keberuntungan selalu menghampri kita
hanya saja kita yg trkdng tdk brfkir demikian.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,