Bag.1
Warna jingga matahari baru saja
membias dari balik puncak sikorong, embun pagi masih bermain dipucuk daun yang
hijau. Suasana masih dingin dan sejuk khas udara pegunungan. Dari balik pagar
kayu yang kokoh sudah terdengar aba – aba berkumandang disertai seruan yang
penuh semangat. Murid – murid perguruan Pedang Naga sedang melakukan rutinitas
mereka berlatih silat yang dikomandoi oleh beberapa murid kepala. Sekelompok
murid lainnya sedang melakukan latihan pernafasan agar memperoleh kekuatan
tenaga dalam.
Mereka ini adalah murid – murid kelas satu yang umurnya berkisar antara 17 sampai 20 tahun. Tubuh mereka kekar melambangkan kekuatan dari sorot mata mereka itu sudah memperlihatkan hasil yang sangat baik setelah beberapa tahun menimba ilmu kesaktian di perguruan tersebut.
Mereka ini adalah murid – murid kelas satu yang umurnya berkisar antara 17 sampai 20 tahun. Tubuh mereka kekar melambangkan kekuatan dari sorot mata mereka itu sudah memperlihatkan hasil yang sangat baik setelah beberapa tahun menimba ilmu kesaktian di perguruan tersebut.
Seorang lelaki setengah tua duduk
bersila diteras rumah yang berbentuk rumah panggung. Lelaki itu sekilas nampak
sedang memperhatikan orang yang sedang latihan didepan rumahnya. Dia sama
sekali tidak bergerak seperti patung hanya tarikan nafasnya saja yang masih
menandakan bahwa sosok yang duduk itu masih hidup. Segelas kopi tubruk masih
mengepul disisi tempat dia duduk. Tatapannya yang menyorot kedepan itu
sebenarnya adalah kosong, karena saat itu otaknya sedang bernostalgia kemasa silam
tatkala dia masih muda dan penuh semangat dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendekar.
Banyak cerita dan pertempuran yang sudah dilewatinya bahkan pernah hampir mati diujung senjata lawan dalam tugasnya untuk menegakkan kebenaran dan membela yang lemah, untunglah berkat ilmu pedangnya yang luar biasa dan ditunjang dengan tenaga dalam yang sudah sempurna itu, semua musuh dapat dilumpuhkan dan dimusnahkan.
Banyak cerita dan pertempuran yang sudah dilewatinya bahkan pernah hampir mati diujung senjata lawan dalam tugasnya untuk menegakkan kebenaran dan membela yang lemah, untunglah berkat ilmu pedangnya yang luar biasa dan ditunjang dengan tenaga dalam yang sudah sempurna itu, semua musuh dapat dilumpuhkan dan dimusnahkan.
Lelaki paruh baya itu bernama Mahiga , dia adalah murid dari Si Malaikat Pedang yang konon sangat sakti mandraguna baik itu dalam ilmu silat, ilmu pedang maupun kebatinan sehingga 80 tahun silam namanya melambung tinggi dirimba persilatan dan menjadi datuk golongan putih yang kesaktiannya sulit untuk diukur. Mahiga sangat bersyukur bisa mendapat ilmu kesaktian dari tokoh kosen itu sehingga dalam hal ilmu silat dan ilmu pedang dia sudah susah mendapat tandingan dan didunia persilatan dia mendapat gelar si Pedang Naga dari Selatan dan baru mendengar gelarnya saja para perampok sudah lari menjauhkan diri saking takutnya pada pendekar ini.
Mahiga adalah pendekar yang berbudi luhur dan sangat membenci penindasan sehingga tatkala dia membasmi perampok yang sering membunuh rakyat jelata dan menculik wanita muda untuk diperkosa, jarang ada perampok yang selamat dari keganasan pedang naga ditangannya kecuali apabila ada yang menyerah dan mengakui kesalahannya.
Dimana mana dia selalu memerangi
gerombolan perampok atau tokoh sesat yang sangat merugikan rakyat dan
pemerintah sehingga namanya harum dan dielu – elukan sebagai pendekar. Walaupun
demikian dia pun menyadari bahwa para tokoh golongan hitam sudah mendendam
padanya karena sepak terjangnya yang memerangi para perampok dan penindas
rakyat jelata dan membuat ruang gerak para bandit dunia persilatan kurang leluasa
beroperasi.
Pernah pada suatu hari ketika dia
sedang mandi disungai Melang yang sejuk dan jernih airnya, telinganya yang
tajam itu mendengar jeritan wanita meminta tolong yang asalnya tak jauh dari
sungai itu. Dengan bergegas berpakaian, dia mengerahkan ilmu berlari cepatnya
yang bernama “kaki dewa angin” lalu wusss... laksana pelor anak panah melesat
tubuh Mahiga lenyap dari situ. Beberapa detik kemudian langkahnya sampai ke
tempat kejadian perkara dan dengan perasaan marah dia melihat seorang gadis
berumur 18 tahun sedang meronta – ronta dalam rangkulan seorang lelaki berwajah
buruk dan mukanya dipenuhi oleh brewok kasar. Jelas dimatanya bahwa si Brewok
ini bermaksud ingin memperkosa gadis itu. Sibrewok itu masih tertawa – tawa
melihat perlawanan sigadis.
“ Hentikan perbuatan busuk mu itu
bangsat....!!” Tegur Mahiga. Suaranya menggelegar. Matanya menyorot tajam.
Sibrewok terkejut campur heran
karena bentakan itu, Sebagai seorang sakti telinganya yang tajam itu tidak
mendengar akan kedatangan orang sebelumnya, itu artinya pendatang ini sudah
tinggi ilmu meringankan tubuhnya maka dia lalu pasang waspada. Walaupun si
brewok tidak ingin menampakkan perubahan air mukanya lalu menolehkan muka ke
arah Mahiga dengan melotot. Tangannya yang sebelah kiri itu masih mencekal
lengan si gadis yang sudah pucat pasi ketakutan. Dengan geram sibrewok berkata
“ Apa pedulimu heh..., apakah
perempuan ini pacarmu atau istrimu..??” . Mahiga sesaat merasa jengah atas
pertanyaan si brewok.
“ Apapapun itu, itu bukan alasan
untuk mencegah perbuatan busukmu terhadap perempuan ini. Lepaskan dia....”
Kembali Mahiga menegur.
“ Haa..haa..haa.... sungguh lucu,
istri bukan, pacar juga bukan, tapi menghalangi perbuatanku terhadap gadis ayu
ini, huh.. menjemukan...”. Ucap Si brewok. Kemudian jarinya menotok urat lemas
dipangkal leher si gadis dan dalam sekejab tubuh sigadis lemas hanya matanya
saja yang bergerak dengan perasaan resah.
Dengan langkah keren si brewok
berjalan ke arah Mahiga dengan sengaja pamer dia menggunakan tenaga dalamnya ke
kaki sehingga setiap langkahnya membuat tanah bergetar. Mahiga dengan tenang
segera mempersiapkan dirinya karena dia menyadari bahwa tokoh dihadapannya ini
termasuk golongan ikan kakap yang kuat tenaga dalamnya.
“ Kau mau apa...?” tanya Mahiga. Bukan
karena gentar akan tetapi sebagai pendekar dia harus pandai – pandai dalam
bersikap. Lain halnya dengan si brewok, dia mengira bahwa pertanyaan dari
sipemuda itu menandakan lawannya sudah gentar, maka giranglah hatinya dan
dengan pandangan meremehkan dia menjawab.
“ Kau harus mampus saat ini juga,
belum pernah ada yang melarang dengan ngotot sepertimu terhadap si trisula
iblis”.
Sesaat Mahiga terkesiap. Makin
yakinlah dia bahwa dia sedang berhadapan dengan salah satu tokoh sesat yang
saat ini akan berusaha untuk membunuhnya. Beberapa waktu yang lalu dia sudah
mendengar bahwa seorang datuk sesat dari utara telah berhasil meyakini sebuah
kesaktian baru dan kehadirannya kali ini keselatan mungkin ada hubungannya
dengan kematian beberapa sahabatnya. Namun dia masih tenangkan diri.
“Hmm... ternyata si trisula iblis
dari utara yang sengaja mencari masalah di kawasan selatan, betul betul kurang
kerjaan..” sindir Mahiga.” Ternyata di utara kau sudah dicap sebagai tikus
kotor, lalu melarikan diri ke selatan..”
“ Apa katamu...?” Si brewok
Membentak marah, dengan mata melotot dia berkata “ heh pemuda sinting dengar
baik – baik, aku tidak akan menempurmu, Mengingat usiamu yang masih bau kencur
itu asalkan sekarang kau angkat kaki dari hadapanku....” Ucap si trisula iblis
dengan muka dingin sehingga nampak menyeramkan. Tapi sedikitpun Mahiga tidak
gentar.
“ Sayangnya aku tidak mau, kau
mau apa..?”. Tantang Mahiga dengan senyum mengejek.
Si Brewok menjadi jengkel melihat
seorang pemuda biasa menantang dirinya. Sebagai seorang datuk sudah tentu dia
merasa diremehkan. Hal itu mana boleh terjadi fikirnya.
“ baiklah anak sinting,
bersiaplah kau...!!”. Baru saja mulutnya selesai bicara, kepalan tangannya
sudah melesat ke kepala Mahiga yang masih berdiri tegak. Mahiga cuma tersenyum
kecil, dia bukan tidak tahu, namun karena pukulan si brewok ini tidak begitu
berisi akibat masih menganggap sepele pada dirinya. Dengan sedikit menggeserkan
kepalanya kekanan maka serangan si brewok menjadi percuma.
Luar biasa gusarnya si brewok, sungguh dia tidak menduga dengan begitu mudah sipemuda biasa itu mengelak serangannya tanpa berpindah kaki padahal jurus serangannya ini jarang – jarang mampu dielakkan tanpa menggeser posisi kaki.
Luar biasa gusarnya si brewok, sungguh dia tidak menduga dengan begitu mudah sipemuda biasa itu mengelak serangannya tanpa berpindah kaki padahal jurus serangannya ini jarang – jarang mampu dielakkan tanpa menggeser posisi kaki.
“ Hmm.. ternyata berisi juga kau,
bersiaplah untuk mampus...!!”. dalam kemarahannya, sibrewok tak segan – segan
lagi mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyerang Mahiga. Kepalan tangannya menderu mengincar
kepala, dari angin serangan tersebut Mahiga mengetahui bahwa kali ini lawannya
tidak main – main lagi dan jika dibiarkan maka nyawanya menjadi taruhan.
Apakah Mahiga berhasil mengalahkan si Trisula Iblis dan
bagaimanakah nasib si gadis dusun tersebut? Ikuti kisahnya pada bagian ke 2
dalam Kisah Sang Pendekar.
hwiii.. cerbung. dan temanya dunia persilatan!!!. jarang-jarang nih ada tulisan kayak gini. biasanya dunia silat itu taunya di tv. hehe..
BalasHapusditunggu kelanjutannya yahh :D
hahahaha, jadi ingat jaman dulu mas.. dhe dulu sempat pernah ikut perguruan tenaga dalam.. jangan tanya lebih jauh, udah lupa soalnya.. :D
BalasHapusbaca cerita ini, jadi ingat cerita wiro sableng.. hehe.. ditunggu lanjutannya deh..
@armae saya suka baca cerita silat, makanya saya penasaran abis melihat karya orang tersebut sehingga saya ingin mencoba bagaimana menyusun sebuah cerita silat hasil pemikiran sendiri. susah juga ya, hehehe
BalasHapusohya, format PDF nya sudah ada kok, tinggal klik gambar di sidebar.
@dhenok habibie Saya juga pernah di SN mbak dhe, gak lama sih sekedar ikut latihan dasar. cerita full bisa langsung di klik gambar sampul disidebar
BalasHapusakhirnya ngeluarin lagi cerita kayak gini bang,,
BalasHapussip sip,, dibikin cerbung yang terus2an nyambung, biar panjaaaaaanngg cerita2 ttg persilatannya,, hehe
lumayankan buat melestarikan budaya.. :D
Saya jg punya akun di BP nih bang, khusus buat nampilin photo2... :D
wew.... asik.....ada cerbung.... bookmark dulu ah.....
BalasHapus@Mabruri Hehehe... maklumlah bang, saya emang suka baca cersil. makanya saya ingin belajar juga. Cersil kalau pendek2 malah gak enak kan bang. sambungannya pun sudah saya setting biar setiap hari update
BalasHapus@ientanainie Cerbungsil mbak, hahaha...
BalasHapuswiiih.. jarang-jarang loh ada cerbung tentang dunia silat-silat gini. jadi penasaran bakalan kayak gimana nih kelanjutannya..apakah akhirnya si gadis dusun jatuh cinta pada seseorang?.. apakah trisula iblis itu mati?..
BalasHapusjadi menebak-nebak.
rencana berapa seri?
@Gaphe sebenarnya alur cerita ini sangat mudah ditebak ya mas? rencana sampe bagian 5 aja mas, dipadatkan aja terus. biar cepat kelar.. kalo mau full bisa donlot aja di sidebar blog ini, pada gambar sampul
BalasHapusJadi ingat jaman saya kecil sering sewa komik tentang silat yang bersambung. Di tunggu kelanjutannya.
BalasHapusSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
@Ejawantah's Blog Kebetulan saya dulu sempat buat kios sewa komik, novel dan lebih banyak novel cersil mas... memang saya sangat suka baca baca mengenai cerita silat.
BalasHapussaya belum bisa memberikan kritik untuk cerbung 1 ini, mas atau bahkan pada sambungan berikutnya
BalasHapussemangat terus dan selamat berkarya, dan siap untuk membaca cerita berikutnya
@Citrosblog link untuk yang full nya sudah saya lampirkan di sidebar kang. tinggal klik gambar sedot deh
BalasHapusapapun kalo dilandasi emosi akan sia-sia...salut buat imajinasi bang milan
BalasHapus@OLD PENSIONERS Emosi yang berlebihan malah membuat kita tidak mampu mengontrol diri.
BalasHapusakhirnya ketemu juga bagian satunya
BalasHapusseterusnya ke bagian dua ya...
Hapus