Malam yang Panas

Bukan karena udara yang panas malam itu sehingga Cek Din duduk malas - malasan di luar rumah tatkala aku dan beberapa teman melintasi rumahnya dan melihat cek din sendirian duduk diteras. Kulihat jam ditangan sudah menunjukkan angka 23.40 WIB, dan menurut kebiasaan dikampung ini jam segitu sudah larut malam untuk duduk -duduk diluar sendirian. Seperti halnya beberapa malam yang lalu ketika aku melintasi rumahnya untuk pulang, tidak pernah kulihat Cek Din berada di teras rumah pada jam - jam segini. Heran sudah pasti menyelimuti kami semua.

" Saleum Cek Din, ngapain tuh sendirian diluar....?" Sapaku. Cek Din sesaat terkesiap, mungkin terkejut melihat kehadiranku didepan pagar rumahnya. Namun tak lama kemudian dia sudah mulai bisa menguasai keadaan.

" Hai, masih betah main diluar ya dev, iya nih, udara terlalu panas didalam...." Jawab Cek Din.

" Kan ada AC Cek..?" Celutuk Saipul. Cek Din nampak bingung mau menjawab.

" Kebetulan AC kami rusak pul. Eh, kalian darimanakah?" Buru - buru Cek Din mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia tidak nyaman membicarakan masalah yang berkenaan dengan udara yang panas.

" Kami dari warung Bang Karim Cek, biasalah nonton bola..." Sahut Saipul.

" Ohya Cek Din, kalau begitu kami permisi pulang dulu, soalnya aku besok ada jam pagi..." Ucapku sambil menyikut pinggang Saipul. 

" Betul cek, aku masuk jam pertama juga..." timpal Saipul sambil cengengesan. 

" Ya, baiknya kalian cepat pulang, terlalu lama kena angin malam bisa diserang penyakit...." Ucap Cek Din dengan mimik lega. Aku memaklumi itu.

" Permisi dulu cek..." Pamitku sambil menarik tangan Saipul agar segera angkat kaki dari depan rumah Cek Din. Sambil terseret - seret Saipul masih sempat juga melemparkan celutukan pada cek Din.

" Ohya Cek, jangan terlalu lama diluar, nanti terserang penyakit, hihihi...." 

Cek Din mendengarnya sambil tersipu sipu. Aku dan Saipul melanjutkan langkah untuk pulang, dan setelah sampai di kiosnya Bang Salim kami berpisah karena arah rumah yang berbeda.

Ayam berkokok dengan penuh semangat, membuat tidurku pun terhenti. Sambil menggeliat bangun aku sempatkan untuk bersyukur pada Nya atas umur yang masih ada.

" Alhamdulillah, Aku masih hidup..." Ujarku dalam hati. Mataku menatap jam weker dan langsung ngacir ke kamar mandi untuk wudhu. 

Setelah selesai Sholat Subuh, seperti biasa Secangkir Kupi menemani duduk santaiku diteras rumah sembari membaca berita online hingga waktunya berkemas untuk kesekolah.

Sekiranya jam 09.20WIB, sebuah SMS dari Saipul masuk ke hape. 

" Dev, ternyata Cek Din tadi malam bertengkar dengan istrinya.."

Dengan cekatan jariku menuliskan balasannya. " Ah, kau tau dari siapa?"

" Dari tetangganya lah, kan adik yayangku tetangganya Cek Din..." 

" Ya sudahlah pul, itu kan urusan mereka, lagian kita gak boleh masuk ke dalam urusan Rumah Tangga orang...." Sahutku via SMS

" Ee... siapa yang mau masuk dev, aku cuma dapat info gratisan kok makanya aku kabarkan padamu".

" Masalah apa sih...?" tanpa sadar jariku mengetikkan kata - kata tersebut.

" istri cek Din gak mau di'cangkul'. Gitu kudengar, hahaha..."

" Serius nih..?"

" Menurut berita sih begitu..."

" Ah, kacau tuh, kok gak dikasih ya...padahal kan dah kewajiban istri ngasih ke suami" jawabku.

" Meneketehe dev, kau tanya lah langsung ke bininya cek din..." 

" Gila kau pul, abis aku dilempari panci jika hal itu kutanyai..."

" Hahaha.... mana tau kau berani"

" Ya sudahlah, kita gak boleh ikut campur pul, ini urusan tingkat tinggi..."

Sesaat setelah acara 'gosip' dengan Saipul selesai, aku menyadari kekeliruanku yang terpancing untuk mengetahui keadaan rumah tangga orang lain.

" Astaghfirullah, ternyata hamba masih lemah yaa Rabb..." Bathinku dalam hati. Aku berjanji dalam hati agar tidak lagi "gatal" kepingin tahu urusan rumah tangga orang lain. Harus bisa...!!